Osteoarthiris
Osteoarthritis (OA) merupakan suatu kelainan degerasi sendi yang terjadi pada cartilage (tulang rawan) yang ditandai dengan timbulnya nyeri saat terjadi penekanan pada sendi yang terkena. Faktor yang dapat mempemgaruhi terjadinya osteoarthritis yaitu genetika, usia lanjut, jenis kelamn permpuan, dan obesitas (Zhang et al, 2016).
Penyebab terjadinya OA dibagi menjadi dua, yaitu OA primer dan OA sekunder. OA primer disebut juga OA idiopatik yang mana penyebabnya tidak diketahui dan tidak ada hubunganya dengan penyakit sistemik, inflamasi ataupun perubahan lokal pada sendi, sedangkan OA sekunder merupakan OA yang ditengarai oleh faktor-faktor seperti penggunaan sendi yang berlebihan dalam aktifitas kerja, olahraga berat, adanya cedera sebelumnya, penyakit sistemik, inflamasi. OA primer lebih banyak ditemukan daripada OA sekunder (Davey, 2006). Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya osteoarthritis, antara lain:
Kebanyakan orang menunjukkan gejala osteoartritis pada saat mereka berusia 70 tahun. Namun orang dewasa muda juga dapat merasakan kekakuan, nyeri dan berbagai gerakan terbatas, yang menandakan osteoarthritis, terutama sebagai akibat langsung dari suatu trauma
Anda lebih mungkin untuk menderita osteoarthritis jika orang tua, kakek-nenek, atau saudara kandung Anda juga menderita osteoarthritis. Karenanya, penting bagi Anda untuk mempelajari sejarah kesehatan keluarga Anda.
Setelah usia 55 tahun, perempuan lebih mungkin untuk menderita osteoarthritis dibandingkan dengan laki-laki pada usia yang sama. Dengan kata lain, secara keseluruhan osteoartritis lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki.
Orang-orang yang melakukan kerja fisik, berlutut, jongkok, atau menaiki tangga selama berjam-jam pada suatu waktu lebih mungkin untuk merasakan nyeri sendi dan kekakuan pada organ sendi.
Kelebihan berat badan memberikan kontribusi buruk berupa tekanan tambahan pada sendi, terutama lutut, pinggul, dan punggung. Hal ini juga dapat menyebabkan kerusakan tulang rawan, yang merupakan ciri khas dari osteoarthritis.
Latihan yang direkomendasikan untuk penderita osteoarthritis meliputi latihan fleksibilitas, latihan kekuatan (lokal), dan latihan aerobik {general). Adapun terapi latihan yang dapat dilakukan, dimana terdiri 5 tahapan diantaranya sebagai berikut :
Pada tahap ini tujuan utama terapi latihan adalah untuk memulihkan jangkauan sendi dan mengatasi penurunan kontrol motorik serta kekuatan otot kuadrisep. Pertama posisi pasien tidur terlentang dengan kaki yang mengalami OA di ektensikan sebesar 90 derajat, Kemudian pertahankan selama 15 detik lalu posisi fleksi saat istirahat selama 10 – 20 detik dan lanjutkan kembali.
Pada tahap ini dilakukan latihan jenis open kinetic chain tanpa pembebanan untuk melatih kembali otot yang mendukung sendi lutut. Petama posisikan pasien duduk dengan posisi kaki diluruskan dan diberi bantalan dibawah lutut selanjutnya mulai kontraksikan otot quadriceps dengan cara menekan bantalan tersebut. Kemudian pertahankan selama 3 – 5 detik lalu istirahatkan kembali, lakukan latihan ini sebanyak 10 kali.
Pada tahap ini latihan yang dilakukan berjenis closed kinetic-chain. Pertama posisikan pasien berdiri diatas papan yang tidak seimbang, lalu pasien bertumpu dengan satu kaki. Kemudian pertahankan selama 5 – 10 detik.
Pada tahap ini pasien diharapkan dapat kembaii melakukan aktivitas fisik seperti sebelum terjadinya cedera (osteoarthritis) dengan risiko cedera ulang yang minimal. Latihan ini dapat dilakukan apabila pasien sudah dapat berjalan , menaiki tangga tanpa merasakan rasa nyeri dibagian lutut. Petama posisikan pasien berdiri tegap lalu mintalah pasien untuk berjalan sesuai dengan pola yang sudah ditentukan seperti zig – zag, lakukan latihan ini selama 60 – 120 detik.
Tujuan utama latihan tahap 5 adalah mempertahankan level aktivitas pada tahap 4 sehingga kekuatan otot pendukung sendi menjadi optimal dan mengurangi risiko terjadinya cedera ulangan Latihan harus dilakukan 2 sampai 3 kali dalam seminggu dengan melibatkan jenis latihan yang dapat meningkatkan keseimbangan, kekuatan, fleksibilitas, ketahanan, dan kemampuan propioseptor otot.
Edukasi pertama – tama penderita OA harus mengerti dulu apa yang terjadi pada sendinya, mengapa timbul rasa sakit dan apa yang perlu dilakukan, sehingga pengobatan OA dapat berhasil. Pada saat beraktivitas terasa nyeri dan jika istirahat nyeri hilang, sehingga banyak penderita memilih diam, seminimal mungkin melakukan aktivitas agar tidak nyeri, hal ini kurang tepat karena otot-ototnya akan menjadi lemah kalau jarang digunakan, selanjutnya beban ke sendi akan menjadi lebih berat dan pada saat berjalan/ bangun dari duduk nyeri semakin hebat. Oleh karena itu adapun beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri tersebut, diantaranya :
Jika sendi sedang bengkak maka pilihannya adalah kompres dingin, dan jika sudah teratasi atau rasa kaku maka pilihannya adalah kompres hangat.
Penting memperhatikan berat badan. Jika BB berlebih harus diturunkan sampai BB ideal. Berat badan yang berlebih akan menjadi beban bagi sendi-sendi yang menopang tubuh, sehingga semakin nyeri.
Selama ini banyak mitos yang beredar di masyarakan mengatakan bahwa makan sayur-sayuran hijau atau kacang-kacangan dapat menyebabkan nyeri sendi, hal ini tidaklah tepat. Sayur-sayuran dan kacang-kacangan tidak menyebabkan nyeri sendi. Tidak ada makanan tertentu yang menyebabkan nyeri pada OA, namun makan yang berlebihan sehingga berat badan meningkat akan menambah nyeri, karena menambah beban pada sendi untuk menopang berat badan.
Hindari posisi atau keadaan yang menimbulkan trauma pada sendi seperti jongkok, lompat, lari, terlalu sering naik-turun tangga atau berdiri terlalu lama. Tetap menjalani aktivitas sehari-hari. Jika timbul nyeri istirahatlah sejenak, atasi nyerinya dan kembali beraktivitas. Jika pekerjaan Anda menimbulkan nyeri maka harus melakukan penyesuaian terhadap pekerjaan tersebut, contohnya jika biasanya mencuci baju dalam posisi jongkok, maka gunakan kursi pendek untuk duduk saat mencuci sehingga dapat mengurangi trauma pada lutut.
Latihan menggunakan otot-otot, terutama otot paha bagi mereka yang mengalami OA pada lututnya merupakan terapi yang baik. Selain itu olahraga yang melibatkan otot – otot pada bagian paha juga dapat dilakukan agar mengembalikan fungsi gerak pada penderita OA.