UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
INTELLIGENCE TO BE ADVANCE
Alamat : Jl. Seroja, Gang Jeruk, Kelurahan Tonja Denpasar Utara, Bali 80239
Telp : (0361) 4747770 | 081238978886 | 085924124866
Email : iik.medali[at]gmail.com
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
INTELLIGENCE TO BE ADVANCE
Mengenal Apa Itu Stroke
  8 September 2021 - Dibaca 691 kali
  Oleh Administrator
Pengertian Stroke

Stroke atau Cerebrovacular Desease merupakan gangguan aliran darah ke otak yang dapat timbul secara mendadak atau secara cepat dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu (Cholik & Nurhidayat, 2009). Stroke adalah suatu keadaan yang muncul dikarenakan kurangnya atau terhambatnya suplai oksigen ke sel-sel otak yang akhirnya menyebabkan kerusakan sel otak (Setyoadi, 2018). 

Penyebab Stroke 

Berdasarkan penyebabnya, stroke dibedakan menjadi 2 jenis yaitu, sebagai berikut :

1. Stroke Iskemik

Menurut Amin dan Hardi (2015), Stroke iskemia adalah keadaan dimana tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan terhentinya seluruh atau sebagian aliran darah menuju otak. Stroke iskemia secara umum disebabkan oleh aterotrombosis pembuluh darah serebral, baik yang besar maupun yang kecil. Menurut Amin dan Hardi (2015), stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

a) Stroke Trombolitik yaitu proses terbentuknya trombus yang membuat menggumpal

b) Stroke Embolik yaitu tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah

c) Hipoperfusion Sistemik : Berkurangnya aliran darah ke seluruh tubuh karena adanya   gangguan denyut jantung

2. Stroke Hemorargik

Menurut Amin dan Hardi (2015), Stroke hemorargik disebabkan oleh perdarahan didalam jaringan otak. Stroke hemorargik merupakan stroke yang paling mematikan dan merupakan sebagian kecil dari keseluruhan stroke yaitu sebesar 10-15% untuk perdarahan intercerebrum dan sekitar 5 % untuk perdarahan subarachnoid. Menurut Amin dan Hardi (2015), stroke hemorargik dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

a) Hemorargik Intraserebral yaitu perdarahan yang terjadi di dalam jaringan otak

b) Hemorargik Subaraknoid yaitu perdarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid 

Mengapa seseorang terkena stroke?

Seseorang menderita stroke karena memiliki faktor risiko stroke. Faktor risiko stroke dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah (dr. Rizaldy Pinzon, 2010)

Faktor yang dapat diubah Faktor yang tidak dapat di ubah
Usia Hipertensi
Jenis Kelamin Diabetes Melitus
Riwayat Keluarga Dislipidemia
Riwayat Stroke Sebelumnya Merokok

1. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah

Faktor risiko stroke yang tidak dapat diubah adalah usia, jenis kelamin, ras, riwayat stroke sebelumnya. Semakin tua usia seseorang akan semakin mudah terkena stroke. Stroke dapat terjadi pada semua usia, namun lebih kebanyakan kasus stroke terjadi pada usia di atas 65 tahun. Laki-laki lebih mudah terkena stroke. Hal ini dikarenakan lebih tingginya angka kejadian faktor risiko stroke (misalnya hipertensi) pada laki-laki. Hal ini tidak dapat diubah karena faktor-faktor risiko ini tidak bisa kita cegah melainkan terjadi kepada semua orang, namun bukan berarti kita tidak bisa mencegah risiko yang akan terjadi ini.

2. Faktor Risiko yang Dapat Diubah

Faktor risiko stroke yang dapat diubah adalah hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, dan merokok. Faktor-faktor yang dapat diubah ini merupakan kondisi atau penyakit yang dialami seseorang dan tentunya faktor-faktor ini dapat dicegah dengan menjalankan perilaku hidup sehat sejak dini (Ika Sakti Nurdiani, 2018). Pengendalian faktor risiko secara optimal harus dijalankan, melakukan kontrol secara rutin, mengkonsumsi makanan yang sehat serta konsumsi obat, tidak merokok, dan harus mengenali tanda-tanda dini stroke

Gejala dan Cara Mengetahui Terjadinya Stroke

Fungsi dari bagian-bagian tiap tubuh yang berbeda dikendalikan oleh bagian otak yang berbeda. Sehingga gejala tergantung pada bagian mana dari otak dipengaruhi dan pada ukuran bagian yang rusak. Pada umumnya gejala timbul secara tiba-tiba dan mencakup satu atau beberapa gejala seperti berikut :

  1. Lengan, kaki atau keduanya mengalami kelemahan. Hal ini dapat menjadi kelumpuhan total dari satu sisi tubuh.
  2. Wajah mengalami kelemahan dan salah satu sisi wajah mengalami kemiringan. Hal ini dapat menyebabkan seseorang mengeluarkan air liur.
  3. Mengalami masalah pada keseimbangan, koordinasi, penglihatan, berbicara atau berkomunikasi, atau menelan.
  4. Pusing
  5. Mati rasa pada bagian tubuh.
  6. Sakit kepala.
  7. Kebingungan.
  8. Kehilangan kesadaran.

Cara cepat untuk mengetahui terjadinya stroke dengan menggunakan metode FAST:

  1. F- facial weakness (kelemahan pada wajah) : meminta seseorang untuk tersenyum atau melihat pada kaca untuk melihat apakah mulut atau mata mengalami kemiringan.
  2. A- arm weakness (kelemahan pada lengan) : meminta seseorang untuk mengangkat tangan, lihat apabila lengan mampu menahan.
  3. S- speech disturbance (kesusahan berbicara) : meminta seseorang untuk mengulang pengucapan Anda.
  4. T- time (waktu) : mengitung waktu mulai gejala timbul. 
Pencegahan Stroke 

Cara mencegah stroke yang utama adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat. Selain itu, kenali dan hindari faktor risiko yang ada. Berbagai tindakan pencegahan stroke, antara lain:

1. Menjaga pola makan

Terlalu banyak mengonsumsi makanan asin dan berlemak dapat meningkatkan jumlah kolesterol dalam darah dan risiko menimbulkan hipertensi yang dapat memicu terjadinya stroke. Hindari konsumsi garam yang berlebihan. Konsumsi garam yang ideal adalah sebanyak 6 gram atau satu sendok teh per hari. Makanan yang disarankan adalah makanan yang kaya akan lemak tidak jenuh, protein, vitamin, dan serat. Seluruh nutrisi tersebut bisa diperoleh dari sayur, buah, biji-bijian utuh, dan daging rendah lemak seperti dada ayam tanpa kulit.

2. Olahraga secara teratur

Olahraga secara teratur dapat membuat jantung dan sistem peredaran darah bekerja lebih efisien. Olahraga juga dapat menurunkan kadar kolesterol dan menjaga berat badan serta tekanan darah pada tingkat yang sehat.

3. Berhenti merokok

Perokok berisiko dua kali lipat lebih tinggi terkena stroke, karena rokok dapat mempersempit pembuluh darah dan membuat darah mudah menggumpal. Tidak merokok berarti juga mengurangi risiko berbagai masalah kesehatan lainnya, seperti penyakit paru-paru dan jantung.

4. Hindari konsumsi minuman beralkohol

Minuman keras mengandung kalori tinggi. Jika dikonsumsi secara berlebihan, seseorang rentan terhadap berbagai penyakit pemicu stroke, seperti diabetes dan hipertensi. Konsumsi minuman beralkohol berlebihan juga dapat membuat detak jantung menjadi tidak teratur.

5. Hindari penggunaan NAPZA

Beberapa jenis NAPZA dapat menyebabkan penyempitan arteri dan mengurangi aliran darah.

Intervensi Fisioterapi

Pemilihan intervensi fisioterapi harus disesuaikan dengan kondisi pada masing-masing pasien. Dimana dalam pendekatan fisioterapi tidak hanya menggunakan satu metode saja melainkan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan pasien agar memperoleh hasil yang maksimal. Pendekatan yang dilakukan fisioterapi antara lain adalah terapi latihan, yang terdiri dari breathing exercise, latihan dengan mekanisme reflek postural, latihan weight bearing, latihan keseimbangan dan koordinasi, dan latihan fungsional.

1. Breathing Exercise

Breathing exercise adalah salah satu bentuk latihan pernafasan yang ditujukan untuk mencegah penurunan fungsional sistem respirasi. Breathing exercise dapat dilakukan sebelum dan sesudah latihan yang diberikan kepada pasien. Metode yang dipilih adalah deep breathing exercise. Deep breathing exercise adalah bagian dari breathing exercise yang menekankan pada inspirasi maksimal yang panjang yang dimulai dari akhir ekspirasi dengan tujuan untuk meningkatkan volume paru, mempertahankan alveolus agar tetap mengembang, dan meningkatkan kekuatan serta daya tahan dari otot-otot pernafasan.

2. Latihan dengan Mekanisme Reflek Postural

Konsep dalam melakukan latihan mekanisme reflek postural adalah Neuro Development Treatment (NDT) yang merupakan penanganan yang memfasilitasi gerakan sebagai strategi pengobatan (Sari, 2016). Neuro Development Treatment (NDT) bertujuan untuk mengembangkan kemampuan gerak normal untuk mencegah spastisitas dengan menghambat gerakan yang abnormal dan mengembangkan kontrol gerakan.

3. Latihan Weight Bearing

Latihan Weight Bearing bertujuan untuk mempersiapkan latihan berjalan agar tidak ada keraguan dalam melangkah karena adanya spastisitas. Spastisitas merupakan kondisi sekumpulan otot yang merasakan kontraksi secara terus-menerus. Kontraksi ini mengakibatkan kekakuan, nyeri, dan kesulitan untuk bergerak.

4. Latihan Keseimbangan dan Koordinasi

Latihan keseimbangan dan koordinasi pada pasien stroke sebaiknya dilakukan pada posisi terlentang, duduk, dan berdiri. Latihan aktif dapat melatih keseimbangan dan koordinasi untuk membantu pengembalian fungsi normal serta melalui latihan perbaikan koordinasi dapat meningkatkan stabilitas postur atau kemampuan mempertahankan tonus ke arah normal (Utomo, 2003). Latihan keseimbangan dan koordinasi pada pasien stroke dapat dilakukan secara bertahap dengan peningkatan tingkat kesulitan dan penambahan banyak repetisi.

5. Latihan Fungsional

Latihan fungsional dimaksudkan untuk melatih pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri tanpa bergantung kepada orang lain. Latihan fungsional dapat berupa latihan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Daftar Pustaka
  1. Amin Huda Nurarif, & Hardhi kusuma, (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic Noc (jilid 3). Penerbit Mediaction Jogja.
  2. Devi, Crisnita Ramadhani Sari (2019) Dukungan Keluarga Dalam Meningkatkan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Ringan Di Wilayah Dampit. , University of Muhammadiyah Malang.
  3. dr. Rizaldy Pinzon, M. S. (2010). awas Stroke! Pengertian, gejala, tindakan, perawatan & pencegahan. In awas Stroke! pengertian, gejala, tindakan, perawatan & pencegahan (pp. 5-6). Yogyakarta: ANDI.
  4. Ika Sakti Nurdiani, S. P. (2018). Faktor-Faktor Yang Dapat Diubah Dan Tidak Dapat DIubah Yang Berhubungan Dengan Kejadia CVA Berulang Pada Pasien CVA Di RS Panti Waluya Sawahan Malang. Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.
  5. Rosjidi, Cholik Harun, Saiful Nurhidayat. (2009). Perawatan Cedera Kepala dan Stroke . Yogyakarta: Ardana Media.
  6. Setyoadi, T. H. (2018). FAMILY SUPPORT IN IMPROVING INDEPENDENCE OF STROKE PATIENTS. Nursing School Faculty of Medicine Universitas Brawijaya Malang Indonesia.
  7. Utomo, P. d. (2003). Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: Penerbit Kedokteran.