UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
INTELLIGENCE TO BE ADVANCE
Alamat : Jl. Seroja, Gang Jeruk, Kelurahan Tonja Denpasar Utara, Bali 80239
Telp : (0361) 4747770 | 081238978886 | 085924124866
Email : iik.medali[at]gmail.com
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
INTELLIGENCE TO BE ADVANCE
DE QUERVAIN SYNDROME
  15 September 2022 - Dibaca 330 kali
  Oleh Administrator
Pengertian De Quervain Syndrome 

Tenosinovitis De Quervain dinamai ahli bedah Swiss, Fritz de Quervain, yang pertama kali menggambarkannya pada tahun 1895. De Quervain Syndrome  adalah suatu bentuk peradangan dari selaput tendon yang di sertai rasa nyeri pada pangkal ibu jari meluas sampai ke lengan bagian bawah, adanya pembengkakan tendon serta menyebabkan ruang gerak tendon menjadi sempit (dikenal dengan istilah tenosinovitis). Tendon adalah struktur jaringan ikat padat yang berbentuk silinder, kadangkala pipih, yang menghubungkan otot dengan tulang yang berada di sarung sinovial, yaitu yang menyelubungi otot extensor pollicis brevis dan otot abductor pollicis longus. Otot extensor pollicis brevis dan abductor pollicis longus serta tendon ini berfungsi untuk mengontrol posisi, orientasi, pertahanan beban, dan menjaga stabilitas sendi ibu jari. Pada De Quervain Syndrome  terjadi penebalan retinakulum ektensor pada kompartemen dorsal (Ektensor) pertama pergelangan tangan, menjadi tiga hingga empat kali lebih tebal dibandingkan normal. 

Epidemiologi De Quervain Syndrome 

Hingga saat ini belum ditemukan korelasi antara insiden De Quervain Syndrome  dan ras tertentu. Orang-orang dari segala usia dapat mengalami De Quervain Syndrome . Prevalensi tertinggi terjadi pada usia 30-55 tahun. Hal ini  disebabkan oleh inflamasi otot (kondisi fisik) yang rentan terjadi pada usia 30-55 tahun yang bersumber dari aktivitas yang berlebih menggunakan tangan. Beberapa sumber memperlihatkan rasio lebih tinggi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki. Dikarenakan perempuan sering melakukan pekerjaan rumah tangga yang melibatkan penggunaan ibu jari dan pergelangan tangan, seperti menggendong anak, mencuci, dan memeras pakaian. De Quervain Syndrome  juga banyak ditemui pada ibu hamil. Edema jaringan lunak, retensi cairan, dan regangan ligamen saat kehamilan dapat mempengaruhi respon inflamasi dan memberikan tekanan pada kompartemen dorsal pertama.

Etiologi De Quervain Syndrome 

Ada tiga penyebab utama terjadinya De Quervain Syndrome  yaitu kontraksi aktif dari tendon otot, trauma langsung dan peradangan sendi. Bahkan sering kali pemicu dari kondisi ini adalah carpal tunnel syndrome, trigger fingers dan cidera otot rotator cuff. Beberapa faktor yang dianggap menjadi penyebab yakni:

  1. Overuse = Gerakan berlebihan dan terlalu membebani sendi carpometacarpal I dapat menyebabkan ruptur dan peradangan akibat gesekan, tekanan, dan iskemia daerah persedian
  2. Trauma langsung = Trauma yang langsung mengenai tendon otot abductor pollicis longus dan extensor pollicis brevis dapat merusak jaringan serta menyebabkan peradangan yang bisa menimbulkan nyeri.
  3. Radang sendi = Kerusakan sendi akibat proses radang mengakibatkan erosi tulang pada bagian tepi sendi akibat invasi jaringan granulasi dan akibat resorpsi osteoklas. Kemudian pada tendon terjadi tenosinovitis disertai invasi kolagen yang dapat menyebabkan ruptur tendon 
Patofisiologi De Quervain Syndrome  

Gerakan dan beban berlebihan pada sekitar sendi carpometacarpal I menimbulkan gesekan, tekanan, dan iskemia apabila terus-menerus akan menimbulkan peradangan, mengakibatkan bengkak dan nyeri. Inflamasi daerah ini umumnya terjadi pada penggunaan tangan dan ibu jari untuk kegiatan berulang atau repetitif. De Quervain Syndrome  timbul akibat mikrotrauma kumulatif (repetitif). Penggunaan berlebihan jari-jari tangan (overuse) menyebabkan malfungsi pembungkus tendon kemudian akan mengalami penurunan produksi dan kualitas cairan sinovial, sehingga mengakibatkan gesekan antara otot dan pembungkus tendon. Proses gesekan yang terus-menerus akan mengakibatkan inflamasi pembungkus tendon, diikuti proliferasi jaringan ikat fibrosa. Proliferasi jaringan ikat fibrosa akan memenuhi hampir seluruh pembungkus tendon menyebabkan pergerakan tendon terbatas. Stenosis atau penyempitan pembungkus tendon tersebut akan mempengaruhi pergerakan otot abductor pollicis longus dan extensor pollicis brevis. Pada kasus-kasus lanjut akan terjadi perlengketan tendon dengan pembungkusnya. Gesekan otot-otot ini akan merangsang saraf di sekitar otot, sehingga menimbulkan nyeri saat ibu jari digerakkan. Keluhan utamanya adalah nyeri pergelangan tangan sisi radial (dasar ibu jari dan aspek dorsolateral pergelangan tangan dekat prosesus styloideus radialis) yang menjalar ke lengan bawah dengan menggenggam atau ekstensi ibu jari. Digambarkan sebagai sensasi nyeri, tajam, tumpul, terbakar, menarik yang konstan. Diperparah dengan gerakan mengangkat, mencengkeram, atau memutar tangan secara berulang (seperti membuka tutup stoples).

Tanda dan Gejala Klinis 

Gejala yang sering muncul adalah nyeri tekan. Bengkak pada ibu jari dan kesulitan dalam aktivitas menggenggam. Beberapa gejala yang dapat terjadi akibat penyakit de quervain syndrome diantaranya adalah:

a. Jika ditekan terasa tidak nyaman pada daerah tersebut

b. Terkadang terasa adanya hambatan gerak pada ibu jari

c. Adanya nyeri tekan pada proccesus styloideus radii

d.Gerakan aktif menimbulkan nyeri hebat. 

 

Pemeriksaan Fisik
  1. Saat di palpasi, rasa yang signifikan adalah nyeri tekan di atas pangkal ibu jari dan/atau tendon ekstensor kompartemen dorsal pertama di sisi ibu jari pergelangan tangan, terutama di atas prosesus styloideus radial
  2. Pembengkakan di snuffbox anatomis
  3. Penurunan lingkup gerak abduksi sendi carpometacarpal jari pertama
  4. Kelemahan dan kesemutan di tangan
Tes Spesifik De Quervain Syndrome

Tes Finkelstein yang provokatif merupakan salah satu tes yang dilakukan untuk memastikan ada atau tidaknya De Quervain Syndrome. Selama tes ini, ibu jari ditekuk dan dipegang di dalam kepalan tangan. Pasien secara aktif melakukan deviasi pergelangan tangan ke arah sisi ulnaris. Hal ini menyebabkan rasa sakit yang tajam di sepanjang pergelangan tangan radial pada kompartemen dorsal pertama.

Penatalaksanaan Fisioterapi

Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan, pelatihan fungsi, dan komunikasi. Peran fisioterapi pada kondisi De Quervain Syndrome  sangat ditentukan oleh kondisi dari permasalahan yang diidentifikasi dari hasil-hasil diagnosis, rencana, intervensi dan evaluasi. Intervensi fisioterapi berupa aspek promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan dengan modalitas dasar fisioterapi (Yusuf, H., dan Wulandari, ID 2015).

Modalitas Fisioterapi

1. Ultrasound

Modalitas fisioterapi yang digunakan berupa Ultrasound. Ultrasound merupakan modalitas yang menggunakan teknik berupa gelombang suara dengan getaran berupa getaran mekanis yang membentuk suatu gelombang kompresi dan mengalir melalui sebuah medium tertentu dengan frekuensi yang berbeda atau bervariasi. Gelombang suara yang dihasilkan pada Ultrasound dapat membantu proses pemecahan molekul-molekul yang terdapat pada jaringan menyebabkan energi mekanis dan panas, sehingga menyebabkan relaksasi.

Frekuensi yang digunakan dalam terapi biasanya antara 1,0 dan 3,0 MHz (1MHz = 1 juta siklus per detik). Batas antara lesi superfisial dan lesi dalam berkisar di sekitar kedalaman 2-3cm. Oleh karena itu, jika jaringan target berada di 2-3 cm (atau satu inci) dari permukaan kulit, frekuensi 3MHz akan efektif sementara frekuensi untuk jaringan yang lebih dalam akan lebih efektif dicapai dengan US 1MHz. Sedangkan, karena kasus De Quervein Syndrome merupakan peradangan pada selaput tendon yang letaknya superfisial maka frekuensi yang akan lebih efektif digunakan adalah 1MHz dengan intensitas yang tergantung berdasarkan kondisi dari jaringan.

Indikasi dan Kontradikasi Ultrasound

a. Indikasi penggunaan ultrasound

  1. Kondisi akut dan pasca akut (ultrasound dengan efek non-termal)
  2. Penyembuhan dan perbaikan jaringan lunak
  3. Jaringan parut
  4. Kontraktur sendi
  5. Peradangan kronis
  6. Meningkatkan ekstensibilitas kolagen
  7. Pengurangan spasme otot
  8. Modulasi nyeri
  9. Meningkatkan aliran darah
  10. Perbaikan jaringan lunak
  11. Peningkatan sintesis protein
  12. Regenerasi jaringan
  13. Penyembuhan tulang
  14. Perbaikan fraktur non-union
  15. Peradangan yang terkait dengan myositis ossificans
  16. Plantar warts
  17. Myofasical trigger points

b. Kontradikasi penggunaan ultrasound

  1. Kondisi aku dan pasca akut (ultrasound dengan efek termal)
  2. Area penurunan sensasi suhu
  3. Area sirkulasi yang menurun
  4. Insufisiensi vascular
  5. Tromboflebitis
  6. Mata
  7. Organ reproduksi
  8. Pelvis segera menstruasi
  9. Kehamilan
  10. Alat pacu jantung
  11. Tumor ganas
  12. Area epifisis pada anak kecil
  13. Penggantian sendi total
  14. Infeksi

2. Infra red

Modalitas lainnya dapat menggunakan Infra red. Penyinaran dengan Infra red yang mengakibatkan efek sedatif, sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dapat meningkatkan metabolisme tubuh sehingga dapat memperlancar peredaran darah sehingga pemberian nutrisi serta kebutuhan O2 terpenuhi dengan baik dan pembuangan sisa-sisa metabolisme akan lancar sehingga rasa nyeri dapat berkurang. Penyinaran dengan infra red dapat mengurangi rasa nyeri sehingga otot-otot menjadi rileks.

Pengaplikasian modalitas Infra red ini diposisikan 30-45 cm dari tubuh yang akan dirawat, dengan waktu pemberian modalitas 10-15 menit. Kulit yang dirawat harus diperiksa setiap beberapa menit untuk melihat adanya risiko luka bakar, dan area yang tidak dirawat dapat dilindungi dengan handuk kering.

Untuk dosis Infra red dapat dilakukan 6 kali terapi dengan 2-3 kali perminggu dengan waktu 10-15 menit sekali terapi yang diikuti terapi lainnya.

Indikasi dan Kontradikasi Infra red

a. Indikasi penggunaan Infra red

  1. Nyeri otot
  2. Kekakuan sendi
  3. Spasme otot
  4. Peradangan kronik
  5. Penyembuhan kulit

b. Kotradikasi penggunaan Infra red

  1. Kelainan pendarahan
  2. Kelainan pembuluh darah
  3. Gangguan sensoris
  4. Tumor ganas atau kanker
  5. Mata
  6. Gangguan mental seperti epilepsi atau kejang-kejang
  7. Persiapan exercise/massage

3. Kinesip tape

Kinesio tape merupakan salah satu alat terapi yang terbuat dari bahan baku khusus yang sangat elastis yakni katun dan perekat akrilik (acrylicadhesive). Pada kondisi kelemahan otot yang akut atau kronis harus disangga full ROM, aplikasinya dari origo ke insersio, sebelumnya otot diposisikan memanjang dengan tekanan ringan, setelah itu diberikan tambahan stimulasi untuk menjaga kontraksi selama otot bekerja. Pada kasus cedera sendi atau ligamen aplikasi tape dari medium ke full stretch untuk menjaga posisi fungsional sendi selama aplikasi tape. Untuk kelemahan otot, aplikasinya dari origo ke insersio, sedangkan untuk mencegah kram atau over kontraksi otot aplikasinya dari insersio ke origo. Di sisi lain, pola gelombang tape memiliki efek mengangkat kulit sehingga membebaskan daerah subkutan untuk mengurangi pembengkakan dan inflamasi dengan meningkatkan sirkulasi dan mengurangi sakit dengan mengambil tekanan dari reseptor rasa sakit (mengurangi iritasi nosiseptor) sehingga aliran darah kaya oksigen meningkat, terjadi regenerasi area yang diterapi, perlengketan berkurang, terjadi peningkatan fleksibilitas kolagen yang secara mekanis menyebabkan gerakan menjadi lebih leluasa.

Dalam kasus De Quervain Syndrome ini diperlukan dua buah pita, satu buah pita Y panjang dan satu buah pita pendek. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah:

  1. Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah jangkar panjang direkatkan di ujung ibu jari dan tarik tape kearah origo ekstensor wrist dengan penarikkan 75% untuk 5 cm di akhir tidak perlu dilakukan penarikkan.
  2. Langkah kedua pemasanggan tape pendek untuk dibagian pergelangan tidak perlu ada penarikkan yang tujuannya untuk menstabilisasi bagian pergelangan.
DAFTAR PUSTAKA
  1. Suryani, A. (2018). De Quervain Syndrome  : Diagnosis dan Tatalaksana. CDK-267/ vol. 45 no. 8
  2. Kusuma Dewi, F. (2013). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi De Quervain Syndrome Dextra Dengan Modalitas Infra Red, Ultra Sound, Dan Terapi Latihan Di Puskesmas Kartasura. http://eprints.ums.ac.id/25524/12/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
  3. Yusuf, H & Wulandari, DI.(2015). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Dequervain Syndrome Menggunakan Ultrasound, Tens Dan Terapi Latihan Di Rsud Kraton Kab. Pekalongan. Https://Jurnal.Unikal.Ac.Id/Index.Php/Pena/Article/View/91/91
  4. Dallas, E, Alexandra, B & Tacchetti, R. (2022). De Quervain's Tenosynovitis. Physiopedia.
  5. Satteson, E & Tannan, SC. (2021). De Quervain's Tenosynovitis. StatPearls [Internet].
  6. ASSH. (2017). De Quervain's Tenosynovitis. Assh. https://www.assh.org/handcare/condition/dequervains-tenosynovitis
  7. Pamungkas, KP. (2015).  PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS DE QUERVAIN SYNDROME DI RSUD MOEWARDI SURAKARTA. http://v2.eprints.ums.ac.id/archive/etd/35722/3/
  8. Veronica, E, Primayanti, IDAID, dan Adiatmika, IPG. (2021). Jurnal Medika Udayana : Hubungan Antara Intensitas Penggunaan Smartphone dengan Risiko Kemunculan Sindrom De Quervain pada Mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Vol.10 No.4
  9. Nugraha, MHS, et al. (2022). Modalitas Elektrofisis, Sidoarjo, BFS Medika