UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
INTELLIGENCE TO BE ADVANCE
Alamat : Jl. Seroja, Gang Jeruk, Kelurahan Tonja Denpasar Utara, Bali 80239
Telp : (0361) 4747770 | 081238978886 | 085924124866
Email : iik.medali[at]gmail.com
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
INTELLIGENCE TO BE ADVANCE
Sering Nyeri Pada Bokong? Awas PIRIFORMIS SYNDROME!
  10 November 2022 - Dibaca 1597 kali
  Oleh Administrator
 Pengertian Piriformis Syndrome

Piriformis syndrome adalah gangguan neuromuskular yang terjadi karena saraf sciatica (nervus ischiadicus) terkompresi atau teriritasi oleh otot piriformis sehingga menimbulkan nyeri, kesemutan, pada area bokong sampai perjalanan saraf sciatica. Kelainan ini dikenal juga dengan nama wallet syndrome, pseudoisiadika, sindrom foramen infrapiriformis, deep gluteal syndrome, atau neuropati hip socket. Timbulnya nyeri pada piriformis syndrome karena otot mengalami lokal iskemik, tidak lancarnya aliran darah di area otot piriformis karena berbagai macam seperti adanya spasme otot, stiffness, tenderness, bahkan kelemahan otot piriformis itu sendiri. 

Otot piriformis  berasal  dari  anterior  vertebra  sacral  S2-S4, permukaan  gluteal  ilium  dekat  dengan  permukaan  posterior os  iliaka,  dan  kapsul  sendi  sakroiliaka.  Otot  berjalan  ke lateral melalui foramen skiatik mayor dan berinsersi ke fossa pirifomis  pada  aspek  medial  trokanter  mayor  femur.  Otot  piriformis  berfungsi  sebagai  rotator  eksternal sendi  panggul  saat  paha  diekstensikan  dan  sebagai  abductor sendi  panggul  saat  paha  difleksikan. Otot   piriformis dipersarafi oleh cabang saraf tulang belakang L5, S1, dan S2. Terdapat dua tipe Piriformis syndrome. Piriformis syndrome primer melibatkan faktor anatomis, seperti robeknya otot piriformis, cedera nervus iskiadikus, atau kelainan lajur nervus iskiadikus. Piriformis syndrome sekunder melibatkan faktor presipitasi seperti makro-trauma, mikrotrauma, dan efek iskemik.

Tanda dan Gejala Klinis Piriformis Syndrome

Gejala paling sering adalah nyeri setelah duduk lebih dari 15 menit, terkadang penderita juga merasa sulit berjalan dan nyeri saat aktivitas melibatkan gerakan rotasi internal, seperti duduk bersila. Beberapa gejala antara lain:

  1. Kaku atau nyeri di bagian pinggul atau pantat
  2. Nyeri menjalar dari bokong ke bagian hamstring atau betis
  3. Kesemutan ekstremitas bawah
  4. Nyeri dan kaku saat adanya tekanan pada otot piriformis, seperti saat duduk.
  5. Nyeri pinggang
  6. Nyeri ketika duduk lebih dari 15 menit
  7. Nyeri ketika berjalan
Epidemiologi Piriformis Syndrome

Prevalensi piriformis syndrome tidak  diketahui  dengan  pasti karena   presentasinya   yang   tidak   jelas   dan   kemungkinan underdiagnosis. Piriformis syndrome diperkirakan menyebabkan  0,3% -6%  nyeri  punggung  bawah  dan  paha atas/posterior.  Insiden  nyeri  punggung/sciatic  kira-kira  40 juta di  seluruh  dunia,  sekitar  2,4  juta  kasus  baru piriformis syndrome setiap tahun. Biasanya terjadi pada pasien paruh baya, dengan jumlah kasus yang dilaporkan lebih tinggi pada wanita. Prevalensi pada wanita lebih tinggi 6 kali lipat dibandingkan pria, mungkin berkaitan dengan lebih lebarnya muskulus quadriseps femoris (Q angle), perbedaan struktur pelvis, atau perubahan hormonal yang dapat mempengaruhi otot sekitar pelvis. Piriformis syndrome sering pada usia produktif dan lanjut usia, dapat muncul pada segala golongan pekerjaan dan aktivitas.

Etiologi Piriformis Syndrome 
  1. Trauma gluteal di daerah sakroiliaka atau gluteal 
  2. Varian anatomi predisposisi
  3. Titik pemicu myofascial
  4. Hipertrofi dan spasme otot piriformis
  5. Laminektomi
  6. Abses, hematom, miositis, bursitis otot piriformis, neoplasma di   daerah   foramen   infrapiriform,   karsinoma   kolorektal, neurinoma saraf sciatic, lipoma episakroiliaka
  7. Injeksi intragluteal
  8. Femoralisnailing
  9. Myositis ossificans dari otot piriformis
  10. Sindrom Klippel-Trénaunay

Piriformis syndrome disebabkan oleh kontraksi otot piriformis yang  berkepanjangan  atau  berlebihan.  Karena  kedekatannya dengan  saraf  sciatic,  piriformis syndrome  dikaitkan  dengan nyeri di bokong, pinggul, dan tungkai bawah. Penyebab piriformis syndrome yang sering adalah trauma pada bokong  (jatuh,  cedera  olahraga),  kompresi  (duduk  lama)  dan penggunaan berlebihan.

Tes Spesifik Piriformis Syndrome

Temuan klinis yang sering adalah kekakuan pada saat dilakukan palpasi otot piriformis. Pada palpasi dapat teraba massa berbentuk seperti sosis pada bokong yang merupakan otot piriformis yang berkontraksi. Beberapa tes spesifik yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis piriformis syndrome yaitu :

1. Test FAIR (Flexion Adduction Internal Rotation)

Dilakukan dalam posisi lateral recumbent, dengan sisi yang sakit menghadap ke atas. Pemeriksa akan melenturkan pinggil pasien hingga membentuk sudut antara 600 dan 900.  Satu tangan pemeriksa menstabilkan pinggul pasien dan tangan lainnya memutar dan mengadduksi pinggul dengan memberikan tekanan ke bawah pada lutut. Test FAIR dianggap positif jika pasien melaporkan rasa sakit yang mendalam di bagian tengah pantat.

2. Test Pace

Test  ini  menunjukkan  nyeri panggul  karena  piriformis yang terlalu tertekan dan hilangnya fungsi otot. Pasien dalam posisi  duduk  di  sisi  tempat  tidur  dengan  kedua  celana  ketat diaduksi  dalam  posisi istirahat  normal  akan  diminta  untuk mendorong  tangan  pemeriksa,  diletakkan  pada  aspek  lateral lutut.  Gerakan  abduksi  ini  akan  menyebabkan  nyeri  bokong yang  dalam  dan  pemeriksa  akan  mengamati  kelemahan  pada sisi  yang  sama.  Test  ini  tidak  selalu  positif  pada piriformis  syndrome karena  otot  piriformis  bertindak  sebagai  rotator pinggul (eksternal) ketika pinggul dalam ekstensi dan abduksi pinggul ketika pinggul dalam fleksi, sehingga kedua tindakan tersebut harus diuji.

3. Test Freiberg

Terdiri  dari  rotasi internal  pasif  kaki  dengan  pinggul  dalam ekstensi untuk evaluasi keterbatasan gerakan akibat kontraksi spastik piriformis. Test dilakukan dengan pasien dalam posisi tengkurap  dengan  lutut  dari  tempat  yang  sakit  ditekuk  ke sudut  90°.  Pemeriksa  akan  menempatkan  satu  tangan  di bawah lutut yang tertekuk dan tangan lainnya pada tumit kaki yang  sama  dan  akan  menginduksi  rotasi  internal  dari  tight dengan mendorong tumit secara lateral. Gerakan ini meregangkan  otot  piriformis  dan  menimbulkan  rasa  sakit  di area saraf sciatic.

4. Manuver Beatty

Dilakukan  dalam  posisi  berbaring  miring  dengan  sisi  yang sakit  menghadap  ke  atas. Ekstremitas  bawah  yang  tidak terpengaruh  akan  menjaga  pinggul  dan  lutut  tetap  ekstensi sementara pinggul dan lutut dari sisi yang sakit akan ditekuk pada  sudut  90°,  dengan  lutut  bertumpu  di  atas  meja.  Pasien akan diminta untuk mengangkat lutut sisi yang sakit beberapa inci dari meja dan mempertahankan posisinya. Abduksi aktif ini  akan  menyebabkan  rasa  sakit  jauh  di  pantat  jika  saraf sciatic dikompresi oleh otot piriformis.

Penatalaksanaan Fisioterapi

Fisioterapi berperan dalam penyembuhan kasus ini karena fisioterapi salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk individu dan atau kelompok dalam upaya mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi sepanjang daur kehidupan den menggunakan modalitas, mekanis, gerak dan komunikasi.

1. Modalitas Fisioterapi

a. TENS (Transcutaneous Elektrical Nerve Stimulation)

TENS yang menjadi salah satu modalitas yang digunakan dalam penanganan kasus piriformis syndrome ini efektif mengurangi nyeri melalui aktivasi saraf berdiameter besar dan kecil melalui kulit yang selanjutnya akan memberikan informasi sensoris ke saraf pusat. TENS menghilangkan nyeri dikaitkan melalui sistem reseptor nosiseptif dan mekanoreseptor. Sistem reseptor nosiseptif bukan akhiran saraf bebas, melainkan fleksus saraf halus tak bermyelin yang mengelilingi jaringan dan pembuluh darah. Mekanisme kerja TENS menurut gate control theory of pain, stimulasi dari aferen berdiameter besar, akan menginhibisi respon serat nosiseptive yang berada di dorsal horn, melibatkan inhibisi segmental dengan menggunakan neuron yang berada di substansia gelatinosa yang berada di cornu dorsalis medula spinalis sehingga nyeri akan terblokir dan rasa nyeri akan dirasa berkurang.

Penatalaksanaan TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation)

Penatalaksanaan fisioterapi menggunakan TENS dalam dilakukan dengan memasang pad elektroda diarea otot piriformis, atur alat; mode TENS, waktu 15 menit, f 100Hz, naikan intensitas tens sesuai toleransi pasien, periksa keadaan setiap lima menit sekali, setelah selesai lepas pad elektroda, matikan alat, rapikan alat dan ruangan.

b. MWD (Micro Wave Diathermy)

Pengaruh MWD dalam penurunan rasa nyeri yakni adanya efek thermal yang akan menimbulkan efek fisiologis terhadap jaringan yaitu setiap kenaikan 1 °C MWD dapat mengurangi sebagian inflamasi dan meningkatkan metabolisme, peningkatan 2 – 3 °C berfungsi menurunkan nyeri dan muscle spasme, sedangkan peningkatan pada suhu di atas 3-4 °C dapat meningkatkan ekstensibilitas jaringan. Efek thermal yang dihasilkan oleh MWD akan diikuti dengan vasodilatasi pembuluh darah sehingga aliran darah kapiler menjadi meningkat. Adanya peningkatan ini akan melancarkan pembuangan zat-zat sisa metabolisme yang menumpuk di jaringan yang sering menyebabkan spasme otot dan nyeri. Dengan lancarnya pembuangan zat sisa metabolisme, maka otot yang tegang yakni otot piriformis akan menjadi rileks dan nyeri akan berkurang.

Penatalaksanaan MWD (Micro Wave Diathermy)

Penatalaksanaan fisioterapi menggunakan MWD dalam dilakukan dengan memasang elektroda di daerah otot piriformis, pemberian MWD dilakukan selama 15 menit dengan intensitas 60-80 watt (toleransi pasien) maka perlahan otot yang tegang yakni otot piriformis akan menjadi rileks dan nyeri akan berkurang (Alfonso, Ortega, Dami, & Mart, 2013)

c. US (Ultrasound)

US merupakan modalitas yang sering digunakan dalam program rehabilitasi terkait gangguan muskuloskeletal. Frekuensi yang digunakan untuk menghasilkan efek teraputik dari US yakni 3 MHz untuk area superficial dan 1 MHz untuk area yang lebih dalam. Dalam kasus piriformis syndrome, frekuensi yang digunakan yakni 1 MHz untuk menjangkau otot piriformis yang berada di bawah m.gluteus maximus. US memiliki 2 efek, yakni efek thermal dan nonthermal (mekanik). Efek thermal menghasikan peningkatan suhu permukaan kulit yang meningkatan metabolisme, melancarkan aliran darah, mengurangi peradangan ringan, mengurangi kejang otot, mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan lingkup gerak sendi.

Penatalaksanaan US (Ultrasound)

Penatalaksanaan fisioterapi menggunakan US dilakukan dengan memberikan gel di atas kulit yang akan diterapi ataupun obat-obatan topikal tertentu dicampur dengan gel ultrasound, kemudian mulai melakukan terapi dengan gerakan probe melingkar atau maju mundur pada daerah otot piriformis. Terapi akan berlangsung selama 7-10 menit bergantung. (Probe adalah alat yang memancarkan gelombang ultrasound pada terapi ultrasound bebentuk seperti hand shower). 

2. Terapi Latihan

Secara umum tujuan terapi latihan ialah mencegah disfungsi seperti mengembangkan, meningkatkan, memperbaiki dan memelihara kekuatan, daya tahan dan kesegaran kardiovaskular, mobilitas dan fleksibilitas, stabilitas, koordinasi, keseimbangan dan keterampilan fungsional. Hold Relax Stretching dapat meningkatkan lingkup gerak sendi dengan meningkatkan fleksibilitas otot piriformis melalui peregangan. Metode hold relax stretching dapat meningkatkan fleksibilitas otot piriformis melalui peningkatan elastisitas komponen viscoelastic nonkontraktil. Mekanisme perbaikan lingkup gerak sendi tergantung dari efek inhibisi autogenik. Inhibisi autogenik bergantung pada fungsi golgi tendon organ yang tidak hanya berperan dalam mendeteksi perubahan panjang otot, tetapi juga perubahan ketegangan otot. Aktivasi dari golgi tendon organ akan menimbulkan relaksasi otot dengan menimbulkan inhibisi neuron motorik melalui aktivasi sel Renshaw untuk mengurangi sensitivitas otot terhadap kontraksi. Teori lain menyatakan bahwa dengan mengkontraksikan otot sebelum melakukan peregangan akan mengaktifkan reseptor muscle spindle yang akan menurunkan sensitivitasnya, mengurangi muscle tension dan resistensi terhadap peregangan.

Penatalaksanaan Metode (hold relax stretching)

Penatalaksanaan fisioterapi melalui Metode Hold Relax Stretching dilakukan dengan cara melatih otot piriformis sehingga dapat kembali bergerak dan memanjang dengan mudah sehingga metabolisme disekitar otot tersebut dapat dengan lancar dapat menurunkan rasa nyeri. Menerapkan teknik penguluran otot dengan cara teknik fasilitasi dan inhibisi efektif pada kasus piriformis syndrome dan hasil yang ditunjukkan yaitu berkurangnya nyeri dan menambahnya lingkup gerak sendi karena adanya spasme atau tightness pada otot-otot sekitar sendi.

Daftar Pustaka

Ahmed, H. I. (2015). Effect Of Modified Hold-Relax Stretching And Static Stretching On Hamstring Muscle Flexibility , 535-538.

Aji, B. dan Budi Prasetyo, E.,. (2018). PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI PIRIFORMIS SYNDROME DEKSTRA DENGAN MODALITAS TENIS, FRICTION DAN METODE TERAPI LATIHAN DI RSUD BENDAN , 34-36.

Loria A. Boyajian et al. (2007). Diagnosis and Management of Piriformis Syndrome , 38-45.

Mahendrakrisna, D. (2019). Diagnosis Sindrom Piriformis , 20-31.

Wijayanti, S. (2016). ASPEK KLINIS DAN PENATALAKSANAAN SINDROM PIRIFORMIS, 35-38.

Tria Dewi Syifa. (2019). PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI DENGAN MODALITAS TRANSCUTANEUS    ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DAN CERVICAL SPINE MOBILIZATION PADA KASUS CERVICAL ROOT SYNDROME DI RSJ. PROF. DR. SOEROJO MAGELANG. http://eprints.ums.ac.id/75228/11/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf. Diakses pada 12 Oktober 2022

Ade Putra Suma. Micro Wave Diathermy. https://adeputrasuma.blogspot.com/2013/07/micro-wave-diathermy.html. Diakses pada 12 Oktober 2022

Muthiah Munawwarah, SST.Ft, M.Fis ; Wahyuddin, SST.Ft, M.Sc ; Abdurrasyid, SST.Ft, M.Fis. (2013). MODUL PRAKTIKUM.https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Course-944-7_0009.Image.Marked.pdf. Diakses pada 13 Oktober 2022

Dessy Puspitarini.(2018). PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS PIRIFORMIS SYNDROME SINISTRA DI RS PARU DUNGUS. https://core.ac.uk/download/159823121.pdf. Dikases pada 13 Oktober 2022

Prama Haditya Bayu Putra. (2019). PENATALAKSANAAN INFRARED, TENS, DAN HOLD RELAX UNTUK MENGURANGI NYERI DAN MENINGKATKAN LINGKUP GERAK SENDI LUTUT PADA KASUS OSTEOARTHRITIS KNEE BILATERAL DI RSUD DR SOESELO SLAWI. http://eprints.ums.ac.id/77810/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf. Diakses pada 15 Oktober 2022

Dr. Arif Soemarjono, SpKFR,FACSM. (2015). Apa Itu Terapi Ultrasound?.https://flexfreeclinic.com/layanan/detail/26. Diakses pada 15 Oktober 2022

Faradilah Destyana, I. DP. Sutjana, Agung Wiwiek Indrayani. PERBANDINGAN ANTARA INTERVENSI HOLD RELAX STRETCHING DENGAN INTERVENSI TRANSVERSE FRICTION MASSAGE PADA TERAPI MODALITAS ULTRA SOUND TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA KASUS PIRIFORMIS SYNDROME DI KLINIK FISIOTERAPI MERDEKA MEDICAL CENTER BALI.http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/2785/1/db7eade815c52507833bce0085814a67.pdf. Diakses pada 15 Oktober 2022