Nyeri Punggung Bawah dan Menjalar Hingga ke Tungkai? Awas Tanda (Hernia Nucleus Pulposus) HNP!
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) atau herniasi diskus intervertebralis, yang sering pula disebut sebagai Lumbar Disc Syndrome atau Lumbosacral Radiculopathies adalah penyebab tersering nyeri punggung bawah yang bersifat akut, kronik atau berulang. Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit dimana bantalan lunak diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau nucleus pulposus) mengalami tekanan di salah satu bagian posterior atau lateral sehingga nucleus pulposus pecah dan luruh sehingga terjadi penonjolan melalui annulus fibrosus ke dalam kanalis spinalis dan mengakibatkan penekanan radiks saraf (Leksana, 2013). HNP dapat terjadi pada daerah cervical, namun HNP banyak terjadi di daerah lumbal yang mengenai diskus invertebralis L5-S1 dan L4-L5sehingga menimbulkan adanya gangguan neurologi (nyeri punggung) yang di dahului oleh perubahan degeneratif (Ginting dan Susilo, 2022). Dimana orang awam menyebutnya dengan sebutan sakit boyok, encok dan sebagainya. Berbagai macam bentuk keluhan di daerah ini dapat timbul karena kurang berhati-hati dan sikap yang kurang memperhatikan segi keamanan dalam beraktivitas (Nugroho dan Maheswara). Rasa sakit yang dirasakan biasanya akan semakin parah ketika tubuh dalam posisi setelah berdiri atau duduk, mengalami bersin, batuk atau tertawa, dan juga ketika tubuh dalam posisi membungkuk atau setelah berjalan sejauh beberapa meter (Herliana, Yudhiono dan Fitriyani, 2017).
Grade herniasi dari nucleus pulposus dibagi atas :
Menurut Schroeder GD (2016) Gejala yang sering ditimbulkan akibat hernia nucleus pulposus adalah :
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus. Annulus fibrosus mengalami perubahan karena digunakan terus menerus. Akibatnya, annulus fibrosus biasanya di daerah lumbal dapat menyembul atau pecah (Moore dan Agur, 2013). Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh karena adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan atau bahkan dalam beberapa tahun. Kemudian pada generasi diskus kapsulnya mendorong ke arah medulla spinalis, atau mungkin ruptur dan memungkinkan nucleus pulposus terdorong terhadap sakus doral atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal (Yusuf, 2017).
Menjelang usia 30 tahun, mulai terjadi perubahan-perubahan pada annulus fibrosus dan nucleus pulposus. Pada beberapa tempat, serat-serat fibroblastik terputus dan sebagian rusak diganti oleh jaringan kolagen. Proses iniberlangsung secara terus menerus sehingga dalam annulus fibrosus terbentuk rongga-rongga. Nucleus pulposus akan mengalami infiltrasi ke dalam rongga-rongga tersebut dan juga mengalami perubahan berupa penyusutan kadar air. Jadi tercipta suatu keadaan dimana disatu pihak volume materi nucleus pulposus berkurang dan dipihak lain volume rongga antar vertebra bertambah sehingga terjadi penurunan tekanan intradiskal (Widhiana, 2002).
Sebagai kelanjutan dari proses tersebut, maka terjadi beberapa hal yaitu :
Tes spesifik yang dapat memprovokasi tanda HNP yaitu sebagai berikut (Umami, 2021) :
1. Lassegue’s test
Posisi pasien tidur terlentang, kemudian pemeriksa di samping pasien. Mulai gerakkan fleksi hip antara sudut 30˚- 70˚ sambil knee tetap ekstensi. Tes positif jika pasien merasakan nyeri radikuler, muncul rasa kebas, dan/atau kesemutan sepanjang saraf ischiadicus.
2.Bragard test
Bragard test merupakan kombinasi dari tes lassegue. Posisi pasien tidur terlentang, kemudian pemeriksa di samping pasien. Mulai gerakkan fleksi hip antara sudut 30˚- 70˚ sambil knee tetap ekstensi. Pada ujung tes sambil gerakkan dorsofleksi ankle pasien. Tes positif jika timbul nyeri sepanjang saraf ischiadicus atau stretch pada spinal cord.
3. Neri Test
Tes Neri merupakan kombinasi dari tes lassegue. Posisi pasien tidur terlentang, kemudian pemeriksa di samping pasien. Mulai gerakkan fleksi hip antara sudut 30˚- 70˚ sambil knee tetap ekstensi. Pada ujung tes lassegue minta pasien untuk menggerakkan flexi neck full. Tes positif jika timbul nyeri sepanjang saraf ischiadicus atau stretch pada spinal cord.
4. Slump Test
Posisi pasien duduk dengan kedua tangan dibelakang untuk mencapai posisi netral spine. Posisi pasien disamping pasien. Instruksikan pasien untuk melakukan slump ke depan pada thoracic dan lumbal spine. Jika posisi ini tidak timbul nyeri teruskan dengan melakukan fleksi neck hingga dagu menyentuh dada, disertai ekstensi pada salah satu knee dan dorsofleksi ankle. Tes positif jika pasien merasakan nyeri selama test.
1.Modalitas Fisioterapi
a. Short Wave Diathermy
Short wave diathermy adalah modalitas yang menghasilkan panas dengan mengubah energi elektromagnetik menjadi energi panas dengan arus bolak-balik frekuensi tinggi (Hungwu, 2018) Federal Communications Commision (FCC) telah menetapkan 3 frekuensi yang digunakan pada short wave diathermy, yaitu: frekuensi 27,12 MHz dengan panjang gelombang 11 meter, frekuensi 13,56 MHz dengan panjang gelombang 22 meter, dan frekuensi 40,68 MHz (jarang digunakan) dengan panjang gelombang 7,5 meter. Frekuensi yang sering digunakan pada SWD untuk tujuan pengobatan adalah frekuensi 27,12 MHz dengan panjang gelombang 11 meter dan arus SWD dibagi menjadi 2 yaitu continous dan pulsed (Umami, 2021). Penatalaksanaan SWD pada pasien HNP adalah sebagai berikut:
b. TENS
Dalam intervensi pengurangan nyeri digunakan Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) yang ditujukan pengurangan nyeri tingkat saraf pada pasien. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation adalah suatu metode pengobatan nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri. TENS bisa digunakan untuk mengurangi nyeri akut maupun nyeri kronik. Lebih lanjut, TENS ditujukan untuk mengurangi nyeri melalui mekanisme yang menghambat transmisi nyeri melalui mekanisme nyeri ke otak (gate control theory) dan mekanisme pengeluaran endorphins (suatu hormon dalam medulla spinalis yang menurunkan kepekaan terhadap nyeri dan mempengaruhi emosi). TENS diberikan dengan dosis tiga kali seminggu, intensitas 60 mA, tipe contionus dan waktu selama 10 menit (Indra, Lucky dan Soeparman, 2020). Adapun penatalaksanaan penggunaan modalitas TENS pada pasien HNP adalah sebagai berikut:
c. Traksi Lumbal
Traksi Lumbal salah modalitas fisioterapi untuk memisahkan atau melonggarkan sendi dan jaringan lunak sekitar pinggang dengan cara elektrik maupun secara manual. Traksi Lumbal mampu mengurangi tekananintradiscal dan dapat mengurangi NPB yang disebabkan oleh HNP. Mekanikal Traksi Lumbal merupakan alattraksi mekanis untuk mengurangi tanda atau gejala kompresi spinal cervical atau lumbal (Haryoko, 2021).Pemberian Traksi Lumbal dapat diberikan selama 2 kali dalam 1 minggu selama 8 kali pertemuan dalam waktu kurang lebih 10 menit. Penatalaksanaan Traksi Lumbal untuk kasus HNP adalah sebagai berikut:
2. Terapi Latihan
a. Mc. Kenzie
Metode Mc. Kenzie yang dikenal juga sebagai Mechanical Diagnosis and Treatment (MDT) adalah terapi latihan aktif yang menggunakan gerakan berulang atau posisi-posisi tertentu yang dapat diajarkan dengan tujuan mengurangi nyeri, disabilitas dan meningkatkan mobilitas tulang belakang (Indra, Lucky dan Soeparman, 2020).
Gerakan yang dapat dilakukan :
Pada pasien Hernia Nucleus Pulposus tidak disarankan untuk banyak melakukan gerakan fleksi lumbal karena dapat menambah parah penjepitan nucleus pulposus yang sudah terjepit. Untuk mengurangi gejala dan permasalahan yang timbul disarankan pasien untuk melakukan terapi sesuai keluhan dan exercise yang diberikan dapat diperbanyak gerakan ekstensi lumbal.
Ginting, Fanta Pratama & Trisno Susilo. 2022. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Hernia NukleusPulposus Lumbal Dengan Modalitas Infra Red, Tens dan Mc Kenzie Exercise. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Siti Hajar, Volume 5(1).
Herliana, Asti., Noor Fuadillah Yudhiono & Fitriyani. 2017. Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Hernia Nukleus Pulposus Menggunakan Forward Chainning Berbasis Web. Jurnal Kajian Ilmiah, Volume 17(3).
Leksana. 2013. Hernia Nukleus Pulposus Lumbal Ringan Pada Janda Lanjut Usia Yang Tinggal Dengan Keponakan Dengan Usia Yang Sama. Universitas Lampung, Jurnal Medula, Volume 1(2).
Moore, K. L., & Agur, A. 2013. Clinically Oriented Anatomy.Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Nugroho, Dwi Susilo Ady & Andung Maheswara. Tanpa Tahun. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus HNP dengan Modalitas Shortwave Diatermy,Traksi Lumbal dan Mc. Kenzie Exercise Di Rsud. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Sabirin Berampu, Raynald Ignansius, Denniaty Sembiring.(2021). Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi: Pengaruh Penambahan Traksi Lumbal dalam Intervensi TENS dan Short Wave Diathermy Terhadap Nyeri Pinggang pada Pasien Hernia Nucleus Pulposus di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2021 Vol.4 No. 2 Hal 100-107
Schroeder GD, Guyre CA, Vaccaro AR. The epidemiology and pathophysiology of lumbar disc herniations. Semin Spine Surg [Internet]; 2016. 28(1):2– 7. DOI: 10.1053/j.semss.2015.08.003
Sipayung, Indra Juni Fransisko., Lucky Anggiat & Soeparman. 2020. Terapi Konvensional Dan Metode Mckenzie Pada Lansia Dengan Kondisi Low Back Pain Karena Hernia Nukleus Pulposus Lumbal : Studi Kasus. Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR), Volume 4(2).
Umami, Zahrotul. 2021. Penatalaksanaan Fisioterapi dengan Modalitas Short Wave Diathermy (SWD), Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), dan Mc Kenzie Exercise Pada Kasus Low Back Pain Et Causa Ischialgia.