UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
INTELLIGENCE TO BE ADVANCE
Alamat : Jl. Seroja, Gang Jeruk, Kelurahan Tonja Denpasar Utara, Bali 80239
Telp : (0361) 4747770 | 081238978886 | 085924124866
Email : iik.medali[at]gmail.com
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
INTELLIGENCE TO BE ADVANCE
Kenali Gejala Pada Trigger Finger dan Cara Penanganannya
  28 August 2023 - Dibaca 372 kali
  Oleh Administrator

Pengertian  Trigger Finger

Trigger Finger ( Stenosing tenosynovitis ) merupakan kondisi umum yang dapat menyebabkan gangguan pada jari secara fungsional yang signifikan, yang disebabkan oleh inflamasi sehingga terjadi penebalan selubung tendon fleksor dan penyempitan pada celah selubung retinakulum. Hal ini menyebabkan nyeri, bunyi klik (clicking sound) saat jari fleksi dan ekstensi, serta kehilangan gerak atau terkunci (locking) pada jari yang terkena. Stenosing Tenosynivitis muncul baik dari penebalan selubung tendon fleksor (yang terjadi setelah tenosinovitis yang berasal dari infektif, traumatis, atau rematik) atau dari penebalan nodular tendon fleksor itu sendiri yang mungkin sudah ada sejak lahir. Trigger Finger dapat berhubungan dengan kondisi medis seperti rheumatoid arthritis, asam urat, dan diabetes. Stenosing Tenosynovitis ini juga dapat disebabkan oleh adanya perbedaan diameter tendon fleksor dan selubung retinakularnya akibat dari penebalan dan penyempitan selubung tersebut (Notta, 1850 ). 

Gangguan Secara Anatomi Pada Trigger Finger

Stenosing tenosynovitis biasanya mempengaruhi tendon yang berjalan melalui terowongan tulang, masing-masing tertutup dalam selubung sinovialnya sendiri. Terowongan itu sendiri terletak di atas tulang kortikal dan ditutupi oleh struktur yang disebut (tergantung lokasinya) sebagai katrol atau retinaculum.

Katrol pada tendon fleksor digitorum dan retinakula pergelangan tangan identik secara histologis. Mereka memiliki tiga lapisan dengan memiliki fungsinya masing-masing. Lapisan tersebut terdiri dari :

  • Lapisan superfisial ( luar ) berisi jaringan longgar jaringan ikat dan pembuluh darah. Ini adalah lapisan tipis yang bersentuhan dengan fasia perimuskular dan subkutan. Peran "nutrisi" nya terkait dengan elemen vaskular yang dikandungnya. 
  • Lapisan tengah lebih tebal karena mengandung fibroblas, serat kolagen padat yang terletak tegak lurus dengan tendon di bawahnya dan kumpulan serat yang berorientasi bervariasi, yang membuatnya tampak seperti anyaman. Ini memberikan kekuatan mekanik dan juga mengandung reseptor hormon. 
  • Lapisan dalam terdiri dari satu atau dua lapisan fibroblas pipih dan sel yang mengeluarkan asam hialuronat. Ini adalah lapisan meluncur. Ini mungkin mengandung fokus terisolasi dari metaplasia chondroid (Vuillemin, 2012 )
Patofisiologi Trigger Finger 

Secara Patofisiologi, Stenosing Tenosinovitis merupakan peradangan dan hipertrofi selubung retinakular secara progresif membatasi gerakan tendon fleksor. Selubung ini biasanya membentuk sistem katrol yang terdiri dari serangkaian katrol annular dan cruciform di setiap digit yang berfungsi untuk memaksimalkan produksi gaya tendon fleksor dan efisiensi gerak.  Katrol annular pertama (A1) di kepala metakarpal sejauh ini merupakan katrol yang paling sering terkena pada jari pelatuk, meskipun kasus pemicuan telah dilaporkan pada katrol annular kedua dan ketiga (masing-masing A2 dan A3), serta aponeurosis palmar.

Karena lokasinya, katrol A1 mengalami gaya dan gradien tekanan tertinggi selama cengkeraman normal dan daya. Gesekan berulang dan pembengkakan intratendious akibat pergerakan tendon fleksor melalui katrol A1 telah dibandingkan dengan keretakan di ujung tali setelah berulang kali memasukkan benang melalui lubang jarum. Pemeriksaan mikroskopis pulley pemicu A1 telah lama menunjukkan degenerasi dan infiltrasi sel inflamasi, tetapi perbandingan ultrastruktur baru-baru ini dari pulley normal dan trigger A1 mungkin telah menjelaskan apa yang mungkin menjadi fase kunci dalam patogenesis Stenosing Tenosynovitis. Studi menggunakan pemindaian dan mikroskop elektron transmisi untuk memeriksa permukaan luncur katrol A1 menunjukkan bahwa spesimen normal memiliki matriks ekstraseluler amorf, termasuk kondrosit, yang melapisi seluruh lapisan terdalam katrol. Sampel patologis memiliki gambaran umum yang serupa, tetapi dengan berbagai ukuran dan bentuk area kehilangan matriks ekstraseluler. Daerah ini ditandai dengan proliferasi kondrosit dan produksi kolagen tipe III. Dengan demikian telah dipastikan bahwa metaplasia fibrocartilagenous ini dihasilkan dari gesekan dan kompresi berulang antara tendon fleksor dan lapisan dalam katrol A1 yang sesuai ( Makkouk, 2007 )

Etiologi Trigger Finger

Beberapa penyebab Stenosing Tenosynovitis telah dikemukakan, meskipun etiologi yang tepat belum dijelaskan. Dapat dimengerti, bahwa gerakan jari yang berulang dan trauma lokal adalah kemungkinan, dengan tekanan dan gaya degeneratif seperti itu juga menyebabkan peningkatan kejadian trigger finger pada tangan dominan. Ada laporan yang mengaitkan jari pelatuk dengan pekerjaan yang membutuhkan cengkeraman dan fleksi tangan yang luas, seperti penggunaan gunting atau alat genggam. Hubungan ini dipertanyakan, bagaimanapun, dengan penelitian tidak menemukan hubungan antara jari pelatuk dan tempat kerja. Pada kenyataannya penyebab stenosing tenosynovitis banyak dan pada setiap individu sering kali multifactorial ( Makkouk, 2007 )

Tanda dan Gejala pada Trigger Finger 

Tanda dari adanya Stenosing Tenosynovitis ini yaitu adanya gerakan jari menggenggam secara berulang-ulang dapat menimbulkan gesekan antara otot-otot jari tangan, yang akan mengakibatkan peradangan dan pembengkakan pada tendon jari tangan tersebut. Gejala umumnya terjadi secara tiba-tiba tanpa pencetus. Keluhan dapat terjadi ketika bangun tidur tiba-tiba ruas jari-jari kaku dan sulit diluruskan (tertekuk) atau gejala dapat timbul setelah pemakaian jari-jari berlebih dalam aktivitas sehari-hari. Gejala lainnya berupa: 

  • Pada kondisi akut akan terjadi bengkak menyeluruh pada jari-jari yang terkena, disertai kesulitan untuk menekuk jari-jari dan nyeri.
  • Nyeri saat ditekan dan bengkak juga dapat terjadi pada bagian tengah telapak tangan dekat dengan jari-jari yang terkena.
  • Terdengar bunyi klik, dan sensasi menyangkut pada jari-jari yang terkena pada saat kita hendak meluruskan jari-jari, kadang untuk meluruskannya harus dibantu oleh tangan sebelahnya. Pada saat jari-jari berhasil diluruskan akan terasa seperti tulang yang lepas.
  • Pada keadaan yang berat, jari-jari akan terlihat selalu tertekuk pada keadaan istirahat dan akan mengganggu gerakan normal pada tangan yang terkena
  • Bengkak kecil yang teraba pada pangkal jari dekat telapak tangan yang hangat dan memerah.
  • Ketika digerakkan ada gerakan yang tersangkut sampai berbunyi pada sendi jari.
  • Karena kondisi yang sama, bisa juga justru jari berada dalam posisi lurus dan sulit untuk ditekuk. Namun tetap dalam istilah medis didiagnosis sebagai trigger finger.

Gejala-gejala tersebut di atas akan dirasakan terutama pada saat kita tidak beraktivitas, pada pagi hari saat bangun tidur atau pada malam hari setelah kita beraktivitas seharian. ( Zairin, 2012 )

Tes Spesifik pada Trigger Finger 

 Untuk mengetahui adanya penyakit trigger finger ini maka dapat dilakukan beberapa tes yaitu :  

1. Finger extensor stretch

Letakkan tangan secara datar di permukaan meja, lalu menggunakan tangan sebelah-nya mengangkat jari yang sakit sejauh bisa dilakukan dan ditahan beberapa detik, lalu dilepaskan kembali.

2. Finger abduction

Tangan di hadapan lalu menggunakan jari telunjuk dan jempol tangan sebelahnya untuk menggerakan jari yang sakit ke arah jari-jari sebelahnya.

3. Finger and hand openers

Dengan posisi telapak tangan menghadap muka, lalu lakukan gerakan membuka dan menutup kepalan tangan. Kemudian lakukan hanya untuk jari yang sakit dibantu oleh tangan sebelahnya.

4. Tendon gliding

Cara melakukan test ini yaitu sentuh kelima ujung jari dengan jempol tangan yang sama secara bergantian.  Semua test ini akan berhasil positif apabila pasien mendapat rasa nyeri pada saat melakukan test tersebut. 

Penatalaksanaan Fisioterapi
  1. Modalitas Fisioterapi
  1. Infra Red

Infra red bentuk energi elektromagnetik yang tak terlihat. Radiasi infra red dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok berdasarkan panjang gelombang, yaitu infra red dekat (NIR, 0.8–1.5 µm), infra red Tengah (NIR, 1.5–5.6 µm), dan infra red jauh (NIR, 5.6–1000 µm). Radiasi infra red dapat memungkinkan beberapa bentuk energi untuk dihantarkan ke jaringan subkutan sekitar 2-3 cm tanpa pemanasan yang berlebih. Mekanisme infra red sinar yang di hasilkan oleh infra red dapat memberikan efek menurunya ketegangan otot, kekakuan sendi, meningkatkan aliran darah dan merileksasikan sistem saraf. Penurunan nyeri dipengaruhi oleh keluarnya endorphin, peningkatan serotonim dan efek anti inflamasi (Widowati et al, 2017). Infra red juga digunakan sebagai alat pemeriksaan bagi kasus trigger finger, dimana ini bertujuan untukmengurangi nyeri dan juga mengurangi kekakuan pada sendi serta meminimalkan peradangan kronik yang disertai pembengkakan pada jari tangan. Pemberian infra red ini dapat dilakukan sebanyak 6 kali terapi dengan frekuensi 2 - 3 kali perminggu dalam dosis/waktu pemberian sebanyak 30 menit.Tata Cara pelaksanaan infra red yaitu :

  • Menggunakan pakaian yang longgar dan nyaman
  • Para fisioterapis akan memeriksa Kembali daerah yang akan diberikan infra red serta menjelaskan juga efek samping dari penggunaan infra red sendiri
  • Fisioterapis akan membersihkan area yang akan diterapi supaya bersih agar sinar dari infra red dapat masuk secara maksimal
  • Fisioterapis akan memposisikan bagian pada jari tangan yang terasa nyeri dan melakukan pengaturan pada dosis waktu serta posisi alat infra red
  • Apabila terasa nyeri atau panas yang berlebih saat melakukan terapi segera bilang kepada fisioterapis agar meminimalkan Kembali penggunaan alat infra red
  • Setelah selesai, fisioterapis akan kembali melakukan pemeriksaan Kembali apabila pasien mengalamiefek samping dari penggunaan infra red tersebut. ( Arif, 2015 )

 b. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)

TENS merupakan modalitas fisioterapi yang sering digunakan untuk mengurangi nyeri, seperti pada kasus-kasus trauma, inflamasi, cidera. TENS menghasilkan arus listrik yang akan disampaikan ke permukaan kulit melalui elektroda (Ayu & Yuspita, 2016). TENS merupakan teknik analgesic non invansif yang sederhana. TENS akan mengaktifkan serat raba berdiameter besar (A ) tanpa mengaktifkan serat nociceptive berdiameter kecil (A dan C), sehingga akan menghasilkan subtansi analgesic segmental yang dikeluarkan otak dan terlokasilir pada dermatom pada system saraf pusat ke saraf perifer untuk mengurangi nyeri (Yulifah et al, 2009).

  1. Terapi Latihan Pada Trigger Finger

Latihan ini bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan juga kaku pada jari tangan sehingga dapat melakukan aktivitas secara normal.Ada beberapa Latihan yang dapat di lakukan di rumah :

  1. Nodul Massage = Massage ini bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri pada daerah nodul yaitu tonjolan pada jari manis. Massage ini dapat dilakukan ke segala arah pada tekanan yang ringan. Latihan ini dapat dilakukan saat nyeri masih yang tergolong ringan. Latihan ini dilakukan 3-5 menit dalam repetisi sebanyak 2-3 kali sehari
  2. Passive Finger Extension = Pada Latihan ini salah satu jari yang mengalami nyeri diangkat dan ditahan dengan jari lainnya. Pada saat melakukan Latihan ini jari ditahan selama 10 detik dengan repetisi sebanyak 10 kali. Latihan ini diulang sebanyak 3-4 kali sehari.
  3. Passive Finger Flexion = Passive Finger Flexion ini merupakan Latihan dimana jari yang mengalami nyeri akan ditekuk dan ditahan selama 10 detik dengan repetisi sebanyak 10 kali. Latihan ini dilakukan 3-4 kali sehari.
  4. Active Finger Join Blocking = Pada Latihan ini jari pada bagian DIP ( Distal Inter Phalangeal ) atau bagian jari pada bagian paling atas akan ditekuk dan ditahan oleh jari lainnya  yang dilakukan sebanyak 10 kali repetisi yang dilakukan sebanyak 3-4 kali sehari. 
  5. Active Resistance = Latihan ini menggunakan alat bantu seperti karet untuk menahan jari saat melakukan exercise agar meminimalkan penyembuhan pada jari yang mengalami nyeri. Latihan ini dilakukan sebanyak 10 kali repetisi selama 3-4 kali sehari
  6. Grip Strength = Latihan ini menggunakan massage ball/tennis ball yang bertujuan bola bertujuan untuk penguatan jari tangan. Nanti bola tersebut akan di genggam dan ditahan selama 10 detik yang dilakukan repetisi sebanyak 10 kali dalam jangka waktu 3-4 kali sehari
Edukasi Fisioterapi 

Pada pasien yang mengalami Stenosing Stenosynovitis ( Trigger Finger ) disarankan untuk mengurangi aktivitas yang terlalu berat guna untuk mengurangi rasa nyeri dan disarankan kepada pasien untuk melakukan exercise dan terapi secara rutin agar membantu penyembuhan secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA 

Makkouk HA, Oetgen EM. Trigger finger: etiology, evaluation, and treatment. Curr Rev Musculoskelet Med. 2008; 1:92-6.

Hanifah, D. S. (2022, Juli). 7 Terapi Latihan Untuk Trigger Finger. (F. F. Fisio, Ed.)

KURNIANSYAH, S. B. (2018). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada kasus. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER FINGER DENGAN MODALITAS INFRA RED,TENS DAN TERAPI LATIHAN, 15.

Library, N. (2007, Nov 27). Trigger finger: etiology, evaluation, and treatment. (M. E. Al Hasan Makkouk, Ed.) 1(2):92-96.

HELMI, Z. N. (2015). BUKU AJAR MUSKOLOKELETAL. TRIGGER FINGER

Soemarjono, A. (2015, September). TERAPI PEMANASAN INFRARED (IR). (M. R. Clinic, Ed.)