Kenali Gejala Pada Trigger Finger dan Cara Penanganannya
Pengertian Trigger Finger
Trigger Finger ( Stenosing tenosynovitis ) merupakan kondisi umum yang dapat menyebabkan gangguan pada jari secara fungsional yang signifikan, yang disebabkan oleh inflamasi sehingga terjadi penebalan selubung tendon fleksor dan penyempitan pada celah selubung retinakulum. Hal ini menyebabkan nyeri, bunyi klik (clicking sound) saat jari fleksi dan ekstensi, serta kehilangan gerak atau terkunci (locking) pada jari yang terkena. Stenosing Tenosynivitis muncul baik dari penebalan selubung tendon fleksor (yang terjadi setelah tenosinovitis yang berasal dari infektif, traumatis, atau rematik) atau dari penebalan nodular tendon fleksor itu sendiri yang mungkin sudah ada sejak lahir. Trigger Finger dapat berhubungan dengan kondisi medis seperti rheumatoid arthritis, asam urat, dan diabetes. Stenosing Tenosynovitis ini juga dapat disebabkan oleh adanya perbedaan diameter tendon fleksor dan selubung retinakularnya akibat dari penebalan dan penyempitan selubung tersebut (Notta, 1850 ).
Stenosing tenosynovitis biasanya mempengaruhi tendon yang berjalan melalui terowongan tulang, masing-masing tertutup dalam selubung sinovialnya sendiri. Terowongan itu sendiri terletak di atas tulang kortikal dan ditutupi oleh struktur yang disebut (tergantung lokasinya) sebagai katrol atau retinaculum.
Katrol pada tendon fleksor digitorum dan retinakula pergelangan tangan identik secara histologis. Mereka memiliki tiga lapisan dengan memiliki fungsinya masing-masing. Lapisan tersebut terdiri dari :
Secara Patofisiologi, Stenosing Tenosinovitis merupakan peradangan dan hipertrofi selubung retinakular secara progresif membatasi gerakan tendon fleksor. Selubung ini biasanya membentuk sistem katrol yang terdiri dari serangkaian katrol annular dan cruciform di setiap digit yang berfungsi untuk memaksimalkan produksi gaya tendon fleksor dan efisiensi gerak. Katrol annular pertama (A1) di kepala metakarpal sejauh ini merupakan katrol yang paling sering terkena pada jari pelatuk, meskipun kasus pemicuan telah dilaporkan pada katrol annular kedua dan ketiga (masing-masing A2 dan A3), serta aponeurosis palmar.
Karena lokasinya, katrol A1 mengalami gaya dan gradien tekanan tertinggi selama cengkeraman normal dan daya. Gesekan berulang dan pembengkakan intratendious akibat pergerakan tendon fleksor melalui katrol A1 telah dibandingkan dengan keretakan di ujung tali setelah berulang kali memasukkan benang melalui lubang jarum. Pemeriksaan mikroskopis pulley pemicu A1 telah lama menunjukkan degenerasi dan infiltrasi sel inflamasi, tetapi perbandingan ultrastruktur baru-baru ini dari pulley normal dan trigger A1 mungkin telah menjelaskan apa yang mungkin menjadi fase kunci dalam patogenesis Stenosing Tenosynovitis. Studi menggunakan pemindaian dan mikroskop elektron transmisi untuk memeriksa permukaan luncur katrol A1 menunjukkan bahwa spesimen normal memiliki matriks ekstraseluler amorf, termasuk kondrosit, yang melapisi seluruh lapisan terdalam katrol. Sampel patologis memiliki gambaran umum yang serupa, tetapi dengan berbagai ukuran dan bentuk area kehilangan matriks ekstraseluler. Daerah ini ditandai dengan proliferasi kondrosit dan produksi kolagen tipe III. Dengan demikian telah dipastikan bahwa metaplasia fibrocartilagenous ini dihasilkan dari gesekan dan kompresi berulang antara tendon fleksor dan lapisan dalam katrol A1 yang sesuai ( Makkouk, 2007 )
Beberapa penyebab Stenosing Tenosynovitis telah dikemukakan, meskipun etiologi yang tepat belum dijelaskan. Dapat dimengerti, bahwa gerakan jari yang berulang dan trauma lokal adalah kemungkinan, dengan tekanan dan gaya degeneratif seperti itu juga menyebabkan peningkatan kejadian trigger finger pada tangan dominan. Ada laporan yang mengaitkan jari pelatuk dengan pekerjaan yang membutuhkan cengkeraman dan fleksi tangan yang luas, seperti penggunaan gunting atau alat genggam. Hubungan ini dipertanyakan, bagaimanapun, dengan penelitian tidak menemukan hubungan antara jari pelatuk dan tempat kerja. Pada kenyataannya penyebab stenosing tenosynovitis banyak dan pada setiap individu sering kali multifactorial ( Makkouk, 2007 )
Tanda dari adanya Stenosing Tenosynovitis ini yaitu adanya gerakan jari menggenggam secara berulang-ulang dapat menimbulkan gesekan antara otot-otot jari tangan, yang akan mengakibatkan peradangan dan pembengkakan pada tendon jari tangan tersebut. Gejala umumnya terjadi secara tiba-tiba tanpa pencetus. Keluhan dapat terjadi ketika bangun tidur tiba-tiba ruas jari-jari kaku dan sulit diluruskan (tertekuk) atau gejala dapat timbul setelah pemakaian jari-jari berlebih dalam aktivitas sehari-hari. Gejala lainnya berupa:
Gejala-gejala tersebut di atas akan dirasakan terutama pada saat kita tidak beraktivitas, pada pagi hari saat bangun tidur atau pada malam hari setelah kita beraktivitas seharian. ( Zairin, 2012 )
Untuk mengetahui adanya penyakit trigger finger ini maka dapat dilakukan beberapa tes yaitu :
1. Finger extensor stretch.
Letakkan tangan secara datar di permukaan meja, lalu menggunakan tangan sebelah-nya mengangkat jari yang sakit sejauh bisa dilakukan dan ditahan beberapa detik, lalu dilepaskan kembali.
2. Finger abduction
Tangan di hadapan lalu menggunakan jari telunjuk dan jempol tangan sebelahnya untuk menggerakan jari yang sakit ke arah jari-jari sebelahnya.
3. Finger and hand openers
Dengan posisi telapak tangan menghadap muka, lalu lakukan gerakan membuka dan menutup kepalan tangan. Kemudian lakukan hanya untuk jari yang sakit dibantu oleh tangan sebelahnya.
4. Tendon gliding
Cara melakukan test ini yaitu sentuh kelima ujung jari dengan jempol tangan yang sama secara bergantian. Semua test ini akan berhasil positif apabila pasien mendapat rasa nyeri pada saat melakukan test tersebut.
Infra red bentuk energi elektromagnetik yang tak terlihat. Radiasi infra red dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok berdasarkan panjang gelombang, yaitu infra red dekat (NIR, 0.8–1.5 µm), infra red Tengah (NIR, 1.5–5.6 µm), dan infra red jauh (NIR, 5.6–1000 µm). Radiasi infra red dapat memungkinkan beberapa bentuk energi untuk dihantarkan ke jaringan subkutan sekitar 2-3 cm tanpa pemanasan yang berlebih. Mekanisme infra red sinar yang di hasilkan oleh infra red dapat memberikan efek menurunya ketegangan otot, kekakuan sendi, meningkatkan aliran darah dan merileksasikan sistem saraf. Penurunan nyeri dipengaruhi oleh keluarnya endorphin, peningkatan serotonim dan efek anti inflamasi (Widowati et al, 2017). Infra red juga digunakan sebagai alat pemeriksaan bagi kasus trigger finger, dimana ini bertujuan untukmengurangi nyeri dan juga mengurangi kekakuan pada sendi serta meminimalkan peradangan kronik yang disertai pembengkakan pada jari tangan. Pemberian infra red ini dapat dilakukan sebanyak 6 kali terapi dengan frekuensi 2 - 3 kali perminggu dalam dosis/waktu pemberian sebanyak 30 menit.Tata Cara pelaksanaan infra red yaitu :
b. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
TENS merupakan modalitas fisioterapi yang sering digunakan untuk mengurangi nyeri, seperti pada kasus-kasus trauma, inflamasi, cidera. TENS menghasilkan arus listrik yang akan disampaikan ke permukaan kulit melalui elektroda (Ayu & Yuspita, 2016). TENS merupakan teknik analgesic non invansif yang sederhana. TENS akan mengaktifkan serat raba berdiameter besar (A ) tanpa mengaktifkan serat nociceptive berdiameter kecil (A dan C), sehingga akan menghasilkan subtansi analgesic segmental yang dikeluarkan otak dan terlokasilir pada dermatom pada system saraf pusat ke saraf perifer untuk mengurangi nyeri (Yulifah et al, 2009).
Latihan ini bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan juga kaku pada jari tangan sehingga dapat melakukan aktivitas secara normal.Ada beberapa Latihan yang dapat di lakukan di rumah :
Pada pasien yang mengalami Stenosing Stenosynovitis ( Trigger Finger ) disarankan untuk mengurangi aktivitas yang terlalu berat guna untuk mengurangi rasa nyeri dan disarankan kepada pasien untuk melakukan exercise dan terapi secara rutin agar membantu penyembuhan secara maksimal.
Makkouk HA, Oetgen EM. Trigger finger: etiology, evaluation, and treatment. Curr Rev Musculoskelet Med. 2008; 1:92-6.
Hanifah, D. S. (2022, Juli). 7 Terapi Latihan Untuk Trigger Finger. (F. F. Fisio, Ed.)
KURNIANSYAH, S. B. (2018). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada kasus. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER FINGER DENGAN MODALITAS INFRA RED,TENS DAN TERAPI LATIHAN, 15.
Library, N. (2007, Nov 27). Trigger finger: etiology, evaluation, and treatment. (M. E. Al Hasan Makkouk, Ed.) 1(2):92-96.
HELMI, Z. N. (2015). BUKU AJAR MUSKOLOKELETAL. TRIGGER FINGER
Soemarjono, A. (2015, September). TERAPI PEMANASAN INFRARED (IR). (M. R. Clinic, Ed.)