UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
INTELLIGENCE TO BE ADVANCE
Alamat : Jl. Seroja, Gang Jeruk, Kelurahan Tonja Denpasar Utara, Bali 80239
Telp : (0361) 4747770 | 081238978886 | 085924124866
Email : iik.medali[at]gmail.com
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
INTELLIGENCE TO BE ADVANCE
YUK KENALAN LEBIH DALAM DENGAN FLAT FOOT
  14 September 2023 - Dibaca 728 kali
  Oleh Administrator
Definisi Flat Foot

Flat foot (Pes Planus) atau biasa disebut juga dengan kaki datar adalah sebuah kondisi dimana minim atau bahkan tidak ditemukannya Arcus Longitudinal Medial ( lengkung pada telapak kaki bagian dalam ) sehingga menyebabkan sebagian besar hingga seluruh telapak kaki menempel pada tanah. Kondisi ini dapat terjadi pada anak – anak ataupun orang dewasa. Bentuk kaki  datar  pada  masa bayi dan anak - anak dengan usia tertentu memang  wajar  terjadi,  karena  struktur  tulang dan jaringan sekitarnya belum terbentuk sepenuhnya ( Imam Haryoko, 2022). Kaki  datar  pada  anak  berhenti saat usia 10 tahun, jika lebih dari itu maka sudah termasuk kedalam patologis (Abolari, 2011). Lengkungan medial kaki membaik secara signifikan hingga usia 6 tahun, kemudian mulai melambat hingga usia 10 tahun dan tidak terjadi lagi perubahan signifikan pada usia di atas 10 tahun (Abolarin et al., 2011).  Seseorang yang mengalami flat foot akan mengalami gangguan keseimbangan, lebih mudah mengalami cedera, dan lebih cepat lelah.  Derajat flat foot terbagi menjadi 3 derajat (Pourghasem et al., 2016) yaitu: 

  1. Derajat 1 : kaki masih memilki sedikit arcus
  2. Derajat 2 : kaki sudah tidak memiliki arcus sama sekali 
  3. Derajat 3 : kaki tidak memilki arcus dan terbentuk sudut di pertengahan kaki yang arahnya keluar

 

Etiologi Flat Foot

Penyebab utama dari kaki datar adalah ketidak normalan struktur tulang sehingga pada kondisi kaki datar menyebabkan otot, tendon, dan ligamen bekerja lebih berat  ( Ady Antara et al) Disamping itu, flat foot juga dapat disebabkan oleh: 

  1. Kongenital, adalah kelainan bawaan lahir yang terjadi karena keturunan dari keluarga (genetik)
  2. Usia, menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya flat foot karena bantalan kaki pada anak – anak masih sangat tebal, namun bantalan tersebut akan hilang seiring dengan berjalannya waktu. Berkurangnya kondisi flat foot pada anak- anak biasanya terjadi pada usia 7-10 tahun. 
  3. Jenis Kelamin, anak laki – laki lebih banyak mengalami flat foot dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan anatomis tubuh, ketebalan bantalan lemak pada kaki, nilai arch index anak laki – laki lebih tinggi dari anak perempuan, serta nilai rearfoot angle ( nilai rata- rata valgus) lebih besar dibanding anak perempuan.
  4. Rupture Tendon Tibialis Posterior, hal ini disebabkan karena  adanya aktifitas yang berlebih sehingga merusak dapat merusak kaki perlahan. 
  5. Post – trauma, flat foot bisa terjadi karena kecelakaan atau cedera dan mengakibatkan terjadinya fraktur pada anklesehingga berdampak pada perubahan struktur pada kelengkungan pada tulang telapak kaki hal ini yang menyebabkan terjadinya flat foot (Zaidah, 2019).
  6. Penyakit inflamasi, Penyakit inflamasi seperti arthtritis merupakan salah satu faktor penyebab atau adanya kondisi deformitas secara kronik. Karena perubahan kekuatan reaksi sendi menyebabkan terjadinya beban abnormal pada sendi subtalar, tibiotalar, dan tarsal transversal (Zaidah, 2019).
  7. Obesitas,  obesitas dan status gizi overweight pada anak dapat mempengaruhi jumlah tekanan pada lengkung kaki yang terjadi secara terus-menerus saat berjalan. Kenaikan berat badan dapat menimbulkan perubahan struktur dari arcus plantaris dengan pergantian struktur tulang serta ligament penyokongnya sehingga membuat arcus longitudinal medial collapse yang bisa menimbulkan flat foot ( Rani Srihulina, 2022).
 Tanda dan Gejala Flat Foot

Secara umum gejala flat foot yang sering terjadi yaitu (Jafarnezhadgero, Shad & Majlesi, 2017) :

  1. Mudah merasa lelah
  2. Nyeri pada tumit
  3. Nyeri sepanjang pergelangan kaki
  4. Mengalami kelelahan pada area betis
  5. Mudah mengalami cedera
  6. Mengalami penurunan stabilitas dinamis dan statis.  

 Disamping itu tanda dan gejala yang akan timbul apabila seseorang mengalami flat foot yaitu cara berjalan yang tidak seimbang atau abnormal, telapak kaki mengalami perputaran yang abnormal (over- pronasi), anak mudah terjatuh terutama saat berjalan dan menurunnya kemampuan motorik pada anak.

Pemeriksaan Fisioterapi pada Flat Foot

a. Wet Footprint test 

Wet Footprint test adalah salah satu cara untuk mengetahui bentuk dari arcus pedis. Pada pemeriksaan ini dilakukan dengan mengamati tinggi rendahnya arcus longitudinal medial dengan mengamati batas medial dari kaki melalui sidik telapak kaki (foot print). Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara membasahi kedua telapak kaki dengan air atau tinta kemudian kedua kaki menapak pada kertas polos sehingga sidik telapak kaki akan terlihat yang selanjutnya akan diperiksa dengan Clarke’s Angle.

b. Clarke’s Angle

Clarke’s Angle  merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan menghitung sudut dari garis singgung yang dibentuk oleh garis pertama yang menghubungkan tepi medial caput metatarsal pertama dan tumit serta garis kedua yang menghubungkan caput metatarsal pertama dengan puncak lengkungan arcus longitudinal medial, (Pita-Fernández et al., 2015). Adapun pengkategorian tipe arkus berdasarkan Clarke’s angle ialah sebagai berikut: 

  1. Normal foot memiliki rentangan 31° - < 45° 
  2. Flat foot memiliki rentangan < 31° 
  3. Cavus foot memiliki rentangan > 45°

c. Feiss Line Test

Feiss Line Test merupakan metode pengukuran yang digunakan untuk mengukur arcus longitudinal medial serta menentukan posisi dari tuberculum navicular dengan bantuan alat berupa goniometer. Tes ini dilakukan dengan menggambar garis lurus imajiner dari malleolus medial (mata kaki bagian dalam) melalui tulang navicular ke kepala metatarsal pertama.

d. AHI (Arch Height Index)

AHI (Arch Height Index) pengukuran tinggi arkus dengan menggunakan handheld callpers yang dikembangkan oleh Williams dan McClay. Secara singkat, dalam penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa AHI dihitung dengan membagi ketinggian dorsum (punggung kaki) dengan Panjang kaki (jarak dari tumit ke kepala metatarsal pertama) (Pohl dan Farr, 2010).

Pemeriksaan Penunjang pada Flat Foot  

Pemeriksaan penunjang yang digunakan yaitu berupa hasil MRI/CT SCAN dan Bone Scan. Hasil dari pemeriksaan tersebut dapat memberikan informasi terkait dengan kondisi kaki serta mendeteksi terjadinya radang atau gangguan pada kaki dan kerusakan jaringan pada kaki.

Penatalaksanaan Fisioterapi  pada Flat Foot 
  1. Towel Curl Exercise (TEC)

Towel Curl Exercise merupakan sebuah latihan dengan cara mengcengkramkan jari – jari kaki pada handuk. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan fungsional, penguatan, melenturkan, serta meregangkan kaki.  Metode intervensi Towel Curl Exercise untuk memperkuat otot – otot intrinsik dan otot ekstrinsik dari telapak kaki (Synder et al.)Dalam pelaksanaanya Towel Curl Exercise dapat dilakukan dengan posisi duduk ataupun berdiri. Prosedur pelaksanaannya Towel Curl Exercise yaitu :

  1. Duduk di kursi atau berdiri pada area yang datar dengan kedua kaki menapak rata pada tanah.
  2. Letakan handuk dibawah kaki.
  3. Kemudian gulung kain dengan cara mencengkram jari -  jari kaki sehingga membentuk seperti kipas.
  4. Selanjutnya membuka kembali handuk dengan menggunakan jari – jari kaki dengan cara mendorongnya kembali. 
  5. Rileks dan ulangi 3 set/24 kali repetisi

 b. Strengthening Ball Roll

Strengthening Ball Roll Exercise merupakan latihan penguatan yang dilakukan dengan cara menginjak dan menggulirkan bola menggunakan telapak kaki. Latihan ini bertujuan untuk meregangkan plantar fascia sehingga tinggi arkus kaki meningkat. Prosedur pelaksanaan Strengthening ball roll exercise yaitu dengan posisi duduk doi kursi, kemudian menggulirkan bola pada telapak kaki selama 2 menit selama 12 kali.

c. Short Foot Exercise

Short Foot Exercise adalah latiahan sensorik motorik yang mengaktifkan otot intrinsik kaki yang secara aktif membentuk lengkung longitudinal dan lengkung horizontal dan melibatkan kepala metatarsal menuju calcaneus tanpa diikuti  dengan melengkungnya jari kaki. Latihan ini dapat dilakukan dua kali dalam sehari selama 15 menit dalam waktu enam minggu. 

d. Heel Raises exercise 

Heel raises exercise adalah program latihan untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai dengan mengangkat tumit salah satu atau kedua kaki yang dapat memberikan peningkatan pada keseimbangan (Pujianto , 2009). Heel raises exercise merupakan latihan yang dilakukan untuk meningkatkan kekuatan otot – otot yang berperan sebagai stabilitator yang membentuk lengkungan kaki dan meningkatkan keseimbangan pada anak – anak flat foot. Heel Raises Exercise dapat dilakukan dua kali seminggu selama 6 minggu, dengan intensitas 10x repetisi dan setiap satu sesi latihan dilakukan 3x pengulangan dengan waktu istirahat 10 detik.

Edukasi Oleh Fisioterapi Flat Foot

Edukasi yang dapat diberikan pada pasien dengan flat foot yaitu melakukan seluruh intervensi yang telah diberikan guna meningkatkan derajat dari lengkung longitudinal serta memberikan tindakan preventif yang tepat untuk mengurangi perubahan dari bentuk kaki. 

DAFTAR PUSTAKA  

Khairi, A., & Imania, D. R. (2017). Perbedaan Pengaruh Heel Raises Exercise dengan Core Stability Exercise terhadap Keseimbangan Mahasiswa Fisioterapi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (Doctoral dissertation, Universitas' Aisyiyah Yogyakarta).

Herawati, N. (2019). PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN HEEL RAISES EXERCISE DAN TIGHTROPE WALKER TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN STATIS PADA ANAK FLAT FOOT (Doctoral dissertation, Universitas' Aisyiyah Yogyakarta).

Dhafa Ali, R. (2022). PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN PADA INDIVIDU YANG MENGALAMI FLAT FOOT (Doctoral dissertation, Stikes Ngudia Husada Madura).

MAS’UD, A. K. (2019). PENGARUH TOWEL CURL EXERCISE TERHADAP KELINCAHAN ANAK FLAT FOOT USIA 7-9 TAHUN DI MAKASSAR (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).

Zaidah, L. (2019). PENGARUH LATIHAN TOWEL CURL TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN ANAK DENGAN KAKI DATAR USIA 4-5 TAHUN. Jurnal Ilmiah Fisioterapi , 2 (2), 57-66.

Awaliah, R. (2021). Pengaruh Short Foot Exercise Terhadap Keseimbangan Dinamis Pada Anaka Flat Foot Di Kota Makassar= The Effect of Short Foot Exercise on Dynamic Balance in Flat Foot Children in Makassar City (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).

Haryoko, I. (2023). Penerapan Strengthening Ball Roll Exercise, Kinesiotaping dan Towel Curl Exercise Pada Gangguan Gerak dan Fungsi Sendi Pergelangan Kaki Akibat Flat Foot. FISIO MU: Physiotherapy Evidences4(1).