UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
INTELLIGENCE TO BE ADVANCE
Alamat : Jl. Seroja, Gang Jeruk, Kelurahan Tonja Denpasar Utara, Bali 80239
Telp : (0361) 4747770 | 081238978886 | 085924124866
Email : iik.medali[at]gmail.com
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
INTELLIGENCE TO BE ADVANCE
MEMAHAMI FRAKTUR RADIUS: MULAI DARI PENYEBAB HINGGA SOLUSI FISIOTERAPI
  24 February 2025 - Dibaca 41 kali
  Oleh Administrator
DEFINISI

Fraktur radius adalah sebuah kondisi di mana tulang radius yang merupakan salah satu dari dua tulang panjang di lengan bawah mengalami patah atau retak akibat trauma, tekanan berlebih, atau kelemahan tulang. Radius ini terletak di sisi ibu jari dan berperan penting dalam pergerakan tangan, stabilitas lengan bawah, serta fungsi tangan. Bagian tulang radius yang kerap terkena ialah bagian ujung bawah atau disebut dengan radius distal (Arifin, 2023). Fraktur radiusdibagi menjadi 3 patahan yaitu dibagian proksimalmedial, dan distal (Ihza, et al., 2022). Fraktur radius distalmerupakan fraktur yang paking sering terjadi di dunia yaitu sebanyak 17,5%. Fraktur radius distal dapat terjadi pada usia muda maupun usia tua, kasus paling banyak berada pada kelompok usia dewasa muda. Pada dewasa muda, fraktur radius distal sering terjadi karena cedera energi tinggi sedangkan pada orang tua terjadi akibat trauma energi rendah dan osteoporosis (Ihza, et al., 2022). 

  1. Fraktur Radius Proksimal , Fraktur ini terjadi pada bagian atas tulang radius yang berdekatan dengan siku. Area ini memiliki peran penting dalam membentuk sendi siku yang mendukung gerakan lengan. Fraktur radius proksimal seringkali disebabkan oleh trauma langsung pada bagian siku, seperti jatuh dengan tangan terentang atau cedera akibat kecelakaan. Jenis ini cenderung lebih jarang terjadi dibandingkan dengan fraktur pada bagian lain dari radius
  2. Fraktur Radius Medial, Bagian medial atau tengah dari tulang radius juga dapat mengalami fraktur. Jenis ini umumnya terjadi karena tekanan langsung atau tekanan tidak langsung yang menyebar ke sepanjang tulang. Fraktur pada bagian medial radius sering kali terkait dengan trauma energi tinggi, seperti kecelakaan kendaraan bermotor atau jatuh dari ketinggian. Cedera ini bisa melibatkan dislokasi atau kerusakan pada jaringan lunak sekitarnya, yang membuat penanganannya lebih kompleks.
  3. Fraktur Radius Distal, Fraktur radius distal adalah jenis yang paling sering ditemukan, terutama pada populasi orang dewasa muda dan lanjut usia. Pada kelompok dewasa muda, fraktur ini biasanya disebabkan oleh cedera energi tinggi, seperti jatuh dari sepeda motor atau aktivitas olahraga yang melibatkan benturan keras. Sebaliknya, pada orang tua, fraktur radius distalsering terjadi akibat trauma energi rendah, seperti jatuh ringan, yang diperparah oleh kondisi osteoporosis (Ihza, et al., 2022). Tulang yang rapuh akibat osteoporosis membuat mereka lebih rentan mengalami patah tulang meskipun dengan tekanan minimal.

 

ETIOLOGI

Fraktur radius bisa terjadi akibat berbagai penyebab yang dapat dibedakan berdasarkan mekanisme energi rendah atau tinggi. Berikut adalah beberapa penyebab umumnya:

  1. Trauma Langsung atau Tidak langsung
  1. Energi tinggi: sering terjadi pada individu muda akibat kecelakaan lalu lintas, olahraga, ataupun jatuh dari ketingggian. Fraktur semacam ini biasanya melibatkan trauma langsung dengan tekanan besar pada tulang radius. 
  2. Energi rendah: lebih sering dialami oleh individu lansia yang memiliki osteoporosis. Trauma kecil, seperti jatuh dari posisi berdiri, dapat menyebabkan fraktur pada lansia. Osteoporosis melemahkan tulang, membuatnya lebih rentan terhadap patahan bahkan dengan tekanan ringan (Patel, et al., 2021)
  1. Penyakit Penyerta

Penyakit yang melemahkan tulang seperti osteoporosis atau osteopenia enjadi faktor predisposisi utama.

 

 

Pada wanita pasca menopause, risiko ini meningkat karena penurunan kadar estrogen yang signifikan 

  1. Kecelakaan Rumah Tangga atau Lingkungan Sekitar

Sebagian besar fraktur erjadi akibat jatuh di rumah atau lingkungan sekitar. Kejadian ini lebih umum selama musim dingin karena peningkatan risiko tergelincir di permukaan licin 

  1. Usia

Pada usia tua, jatuh dengan mekanisme serupa lebih sering menyebabkan fraktur, yang sering kali diperparah oleh osteoporosis. Penurunan kepadatan tulang pada lansia membuat mereka rentan mengalami patah tulang meskipun dengan trauma yang minimal.

TANDA DAN GEJALA

Seperti jenis patah tulang lainnya, fraktur radius terutama pada pergelangan tangan (radius distal) memiliki gejala khas. Gejala yang umum dialami termasuk nyeri yang signifikan dan pembengkakan di area cedera. Pembengkakan ini sering disertai perubahan warna kulit seperti kemerahan, dan terkadang kulit terasa panas saat disentuh. Kondisi ini menunjukkan adanya peradangan akibat kerusakan jaringan di sekitar area tulang yang patah.

Pada sebagian besar kasus, fraktur radius membatasi gerakan pergelangan tangan, meskipun ada situasi di mana seseorang masih dapat menggunakan tangannya untuk aktivitas ringan. Fraktur yang lebih serius, di mana tulang keluar dari posisinya, sering menunjukkan deformitas atau perubahan bentuk pada pergelangan tangan.

Cedera pada struktur saraf di sekitar radius dapat menyebabkan gejala neurologis, seperti sensasi kesemutan atau mati rasa, jika ada struktur saraf yang tertekan atau terluka, patah pergelangan tangan juga dapat menyebabkan gejala saraf seperti sensasi kesemutan atau kebas (Makarim, 2022). Selain itu, patahan tulang yang melukai pembuluh darah dapat memicu perdarahan, baik terbuka maupun internal, yang memerlukan penanganan segera. Pada beberapa kasus, cedera dapat merusak ligamen sekitar, memengaruhi kemampuan tangan untuk bergerak secara normal dan memperpanjang proses pemulihan. Penanganan medis yang cepat sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

 PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

Berikut merupakan peran fisioterapis dalam proses penyembuhan khususnya pada Post -Op Fracture Radius : 

Hari pertama – ke-tujuh

  1. Active Range Of Motion (AROM) pada elbow, fingers, shoulder, dan wrist dengan dosis pelaksanaan 8 -10x reps/3 set.
  2. Passive Range Of Motion (PROM) pada fingers, shoulder, dan wrist dengan dosis pelaksanaan 8 -10x reps/3 set.
  3. Transcutaneus Electrical Stimulation (TENS)

Manajemen nyeri dengan menggunakan TENS selama 15 menit dengan frekuensi 50 Hz.

  1. Cold therapy 

Cold therapy dilakukan untuk mengurangi bengkak dengan menempelkan cold pack/ice pada sekitaran area pergelangan tangan yang mnegalami bengkak selama 5 menit dan dilakukan 2x dalam sehari.

Minggu ke 2 sampai minggu ke - 4

  1. Active Range Of Motion (AROM) pada elbow, fingers, shoulder, dan wrist dengan dosis pelaksanaan 8 -10x reps/3 set.
  2. Passive Range Of Motion (PROM) pada fingers, shoulder, dan wrist dengan dosis pelaksanaan 8 -10x reps/3 set.
  3. Ball squeezing Exercise

Pasien diminta untuk menggenggam bola lalu secara perlahan pasien diminta untuk meremas bola tersebut dan tahan beberapa detik lalu Kembali relax. Latihan ini dapat dilakukan sebanyak 10x reps/ 2 set.

Minggu – 6 sampai minggu ke – 8 

  1. Active Assisted Range Of Motion (AAROM) pada  elbow, fingers, shoulder, dan wrist dengan dosis pelaksanaan 8 -10x reps/3 set.
  2. Active Range Of Motion (AROM) pada elbow, fingers, shoulder, dan wrist dengan dosis pelaksanaan 8 -10x reps/3 set.
  3. Strengthening Exercise, latihan dapat dilakukan dengan mengkontraksikan otot selama 3-5 detik kemudian relax
  1. Isometric exercise pada otot – otot lengan atas seperti  deltoid, bisep, dan triceps
  2. Wrist isometrice exercise pada Gerakan fleksi, ekstensi, pronasi, supinasi.

Minggu ke-8 sampai minggu ke-12 

  1. Progressive Strengthening exercise 
  1. Hold Relax

Hold Relax merupakan salah satu teknik exercise, dimana komponen utama exercise tersebut mencakup gerak aktif, pasif dan isometrik yang berupa statik kontraksi, active movement dan force passive movement . Pada Hold Relax, pasien diminta untuk melakukan kontraksi otot secara statis terhadap resistensi yang diberikan, kemudian relaksasi dan dilakukan gerakan aktif atau pasif setelahnya. Dosis pelaksanaanya yaitu 8 detik kontraksi kemudian direlaksasikan dan dapat diulang sebanyak 3-4x.

  1. Wrist Fleksor and extensor 

Latihan penguatan yang dilakukan dengan menggunakan beban baik dengan menggunakan dumble ataupun dengan menggukan resistance band. Untuk melatih otot otot fleksor tangan pasien diposisikan supinasi dengan memegang beban lau minta pasien untuk menggerakan tangan kea rah fleksi secara perlahan, dan ketikan melakukan Latihan penguatan untuk otot – otot ektensor tangan diposisikan pronasi sambil membawa beban kemudian minta pasien melakukan Gerakan ekstensi secara perlahan dan tahan kurang lebih selama 10 detik. Latihan ini dapat dilakukan sebanyak 10x pengulangan

  1. Pronation and supination 

Progress Plus Pronation fantastic Supination

Tangan pasien diposisikan rileks sambil memegang beban kemudian secara perlahan minta pasien untuk menggerakan tangannya kearah pronasi dan supinasi. Latihan ini dapat dilakukan sebanyak 5x pengulangan. 

EDUKASI FISIOTERAPI

(a)   Pentingnya istirahat dan imobilisasi area cedera untuk mendukung penyembuhan.  

(b)  Menghindari beban berlebih pada tangan yang terluka selama fase pemulihan.

(c)   Latihan untuk mengurangi nyeri, meningkatkan fleksibilitas, dan rentang gerak sendi.  

(d)  Penggunaan alat bantu seperti sling atau brace untuk menjaga stabilitas fraktur.

(e)   Cara merawat luka agar tetap bersih dan terhindar dari infeksi.  

(f)   Pentingnya pergerakan ringan untuk mencegah pembekuan darah pada area yang tidak cedera.  

(g)  Menghindari aktivitas yang dapat memperburuk cedera.  

(h)  Modifikasi gaya hidup untuk mendukung pemulihan.  

(i)    Pemantauan tanda komplikasi seperti pembengkakan berlebihan atau demam, serta waktu yang tepat untuk menghubungi dokter.  

DAFTAR PUSTAKA

Ihza, M. A. B., Tekwan, G. & Mu'ti, A., 2022. Gambaran Karekteristik Fraktur Radius Dital di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2017-2019. Jurnal Sains dan Kesehatan, Volume 4, pp. 161-167.

Imran, M., Patollongi, I. J. & Aras, D., 2021. PERBEDAAN HOLD RELAX DAN CONTRACT RELAX PADA PENDERITA OSTEOARTHRITIS KNEE JOINT. Jurnal Kesehatan Masyarakat Khatulistiwa, pp. 169-182.

Napitu, M. P., Nahak, M. E. & Sitanggang, T. C. R., 2022. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Fraktur 1/3 Distal Os Radius Dextra Post Immobilisasi Gips Dengan Modalitas IR Dan Terapi Latihan. INNOVATIVE, pp. 802-809.

Patel, D. S., Statuta, S. M. & Ahmed, N., 2021. Common Fractures of the Radius and Ulna. American Family Physician, Volume 103(6), pp. 345-354.

Rundgren, J., Bojan, A., Navarro, C. M. & Enocson, A., 2020. Epidemiology, classification, treatment and mortality of distal radius fractures in adults: an observational study of 23,394 fractures from the national Swedish fracture register. BMC Muscoloskeletal Disorders, pp. 2-9.

Hoppenfeld, Stanley., & Murthy, V. L. . (2003). Treatment and rehabilitation of fractures. Recording for the Blind & Dyslexic.