MEMAHAMI FRAKTUR RADIUS: MULAI DARI PENYEBAB HINGGA SOLUSI FISIOTERAPI
Fraktur radius adalah sebuah kondisi di mana tulang radius yang merupakan salah satu dari dua tulang panjang di lengan bawah mengalami patah atau retak akibat trauma, tekanan berlebih, atau kelemahan tulang. Radius ini terletak di sisi ibu jari dan berperan penting dalam pergerakan tangan, stabilitas lengan bawah, serta fungsi tangan. Bagian tulang radius yang kerap terkena ialah bagian ujung bawah atau disebut dengan radius distal (Arifin, 2023). Fraktur radiusdibagi menjadi 3 patahan yaitu dibagian proksimal, medial, dan distal (Ihza, et al., 2022). Fraktur radius distalmerupakan fraktur yang paking sering terjadi di dunia yaitu sebanyak 17,5%. Fraktur radius distal dapat terjadi pada usia muda maupun usia tua, kasus paling banyak berada pada kelompok usia dewasa muda. Pada dewasa muda, fraktur radius distal sering terjadi karena cedera energi tinggi sedangkan pada orang tua terjadi akibat trauma energi rendah dan osteoporosis (Ihza, et al., 2022).
Fraktur radius bisa terjadi akibat berbagai penyebab yang dapat dibedakan berdasarkan mekanisme energi rendah atau tinggi. Berikut adalah beberapa penyebab umumnya:
Penyakit yang melemahkan tulang seperti osteoporosis atau osteopenia enjadi faktor predisposisi utama.
Pada wanita pasca menopause, risiko ini meningkat karena penurunan kadar estrogen yang signifikan
Sebagian besar fraktur erjadi akibat jatuh di rumah atau lingkungan sekitar. Kejadian ini lebih umum selama musim dingin karena peningkatan risiko tergelincir di permukaan licin
Pada usia tua, jatuh dengan mekanisme serupa lebih sering menyebabkan fraktur, yang sering kali diperparah oleh osteoporosis. Penurunan kepadatan tulang pada lansia membuat mereka rentan mengalami patah tulang meskipun dengan trauma yang minimal.
Seperti jenis patah tulang lainnya, fraktur radius terutama pada pergelangan tangan (radius distal) memiliki gejala khas. Gejala yang umum dialami termasuk nyeri yang signifikan dan pembengkakan di area cedera. Pembengkakan ini sering disertai perubahan warna kulit seperti kemerahan, dan terkadang kulit terasa panas saat disentuh. Kondisi ini menunjukkan adanya peradangan akibat kerusakan jaringan di sekitar area tulang yang patah.
Pada sebagian besar kasus, fraktur radius membatasi gerakan pergelangan tangan, meskipun ada situasi di mana seseorang masih dapat menggunakan tangannya untuk aktivitas ringan. Fraktur yang lebih serius, di mana tulang keluar dari posisinya, sering menunjukkan deformitas atau perubahan bentuk pada pergelangan tangan.
Cedera pada struktur saraf di sekitar radius dapat menyebabkan gejala neurologis, seperti sensasi kesemutan atau mati rasa, jika ada struktur saraf yang tertekan atau terluka, patah pergelangan tangan juga dapat menyebabkan gejala saraf seperti sensasi kesemutan atau kebas (Makarim, 2022). Selain itu, patahan tulang yang melukai pembuluh darah dapat memicu perdarahan, baik terbuka maupun internal, yang memerlukan penanganan segera. Pada beberapa kasus, cedera dapat merusak ligamen sekitar, memengaruhi kemampuan tangan untuk bergerak secara normal dan memperpanjang proses pemulihan. Penanganan medis yang cepat sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Berikut merupakan peran fisioterapis dalam proses penyembuhan khususnya pada Post -Op Fracture Radius :
Hari pertama – ke-tujuh
Manajemen nyeri dengan menggunakan TENS selama 15 menit dengan frekuensi 50 Hz.
Cold therapy dilakukan untuk mengurangi bengkak dengan menempelkan cold pack/ice pada sekitaran area pergelangan tangan yang mnegalami bengkak selama 5 menit dan dilakukan 2x dalam sehari.
Minggu ke 2 sampai minggu ke - 4
Pasien diminta untuk menggenggam bola lalu secara perlahan pasien diminta untuk meremas bola tersebut dan tahan beberapa detik lalu Kembali relax. Latihan ini dapat dilakukan sebanyak 10x reps/ 2 set.
Minggu – 6 sampai minggu ke – 8
Minggu ke-8 sampai minggu ke-12
Hold Relax merupakan salah satu teknik exercise, dimana komponen utama exercise tersebut mencakup gerak aktif, pasif dan isometrik yang berupa statik kontraksi, active movement dan force passive movement . Pada Hold Relax, pasien diminta untuk melakukan kontraksi otot secara statis terhadap resistensi yang diberikan, kemudian relaksasi dan dilakukan gerakan aktif atau pasif setelahnya. Dosis pelaksanaanya yaitu 8 detik kontraksi kemudian direlaksasikan dan dapat diulang sebanyak 3-4x.
Latihan penguatan yang dilakukan dengan menggunakan beban baik dengan menggunakan dumble ataupun dengan menggukan resistance band. Untuk melatih otot otot fleksor tangan pasien diposisikan supinasi dengan memegang beban lau minta pasien untuk menggerakan tangan kea rah fleksi secara perlahan, dan ketikan melakukan Latihan penguatan untuk otot – otot ektensor tangan diposisikan pronasi sambil membawa beban kemudian minta pasien melakukan Gerakan ekstensi secara perlahan dan tahan kurang lebih selama 10 detik. Latihan ini dapat dilakukan sebanyak 10x pengulangan
Tangan pasien diposisikan rileks sambil memegang beban kemudian secara perlahan minta pasien untuk menggerakan tangannya kearah pronasi dan supinasi. Latihan ini dapat dilakukan sebanyak 5x pengulangan.
(a) Pentingnya istirahat dan imobilisasi area cedera untuk mendukung penyembuhan.
(b) Menghindari beban berlebih pada tangan yang terluka selama fase pemulihan.
(c) Latihan untuk mengurangi nyeri, meningkatkan fleksibilitas, dan rentang gerak sendi.
(d) Penggunaan alat bantu seperti sling atau brace untuk menjaga stabilitas fraktur.
(e) Cara merawat luka agar tetap bersih dan terhindar dari infeksi.
(f) Pentingnya pergerakan ringan untuk mencegah pembekuan darah pada area yang tidak cedera.
(g) Menghindari aktivitas yang dapat memperburuk cedera.
(h) Modifikasi gaya hidup untuk mendukung pemulihan.
(i) Pemantauan tanda komplikasi seperti pembengkakan berlebihan atau demam, serta waktu yang tepat untuk menghubungi dokter.
Ihza, M. A. B., Tekwan, G. & Mu'ti, A., 2022. Gambaran Karekteristik Fraktur Radius Dital di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2017-2019. Jurnal Sains dan Kesehatan, Volume 4, pp. 161-167.
Imran, M., Patollongi, I. J. & Aras, D., 2021. PERBEDAAN HOLD RELAX DAN CONTRACT RELAX PADA PENDERITA OSTEOARTHRITIS KNEE JOINT. Jurnal Kesehatan Masyarakat Khatulistiwa, pp. 169-182.
Napitu, M. P., Nahak, M. E. & Sitanggang, T. C. R., 2022. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Fraktur 1/3 Distal Os Radius Dextra Post Immobilisasi Gips Dengan Modalitas IR Dan Terapi Latihan. INNOVATIVE, pp. 802-809.
Patel, D. S., Statuta, S. M. & Ahmed, N., 2021. Common Fractures of the Radius and Ulna. American Family Physician, Volume 103(6), pp. 345-354.
Rundgren, J., Bojan, A., Navarro, C. M. & Enocson, A., 2020. Epidemiology, classification, treatment and mortality of distal radius fractures in adults: an observational study of 23,394 fractures from the national Swedish fracture register. BMC Muscoloskeletal Disorders, pp. 2-9.
Hoppenfeld, Stanley., & Murthy, V. L. . (2003). Treatment and rehabilitation of fractures. Recording for the Blind & Dyslexic.