UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
INTELLIGENCE TO BE ADVANCE
Alamat : Jl. Seroja, Gang Jeruk, Kelurahan Tonja Denpasar Utara, Bali 80239
Telp : (0361) 4747770 | 081238978886 | 085924124866
Email : iik.medali[at]gmail.com
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
INTELLIGENCE TO BE ADVANCE
“Terasa Sakit di Area Tumit? Hati-Hati Anda Mengalami Strain Pada Tendon Achilles “
  2 January 2023 - Dibaca 969 kali
  Oleh Administrator
Pengertian Strain Tendon Achilles

Tendon achilles adalah tendon besar di belakang pergelangan kaki yang menghubungkan otot betis ke tulang tumit. Tendon achilles berasal dari tiga  otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot plantaris. Letaknya tepat di pergelangan  kaki pada manusia. Tendon achilles ini juga tendon kuat dan tebal dalam tubuh. Memiliki ukuran sekitar 15 cm (5,9 inci) panjang dan dekat dengan bagian tengah betis. Tendon ini melekat pada tulang calcaneus dan menyebabkan kaki dapat berjinjit, berjalan, berlari dan melompat. Tendon achilles menahan beban stress yang cukup besar sepanjang hari dalam kehidupan normal (Annisyah, 2022).

Strain tendon achilles merupakan kondisi di mana tendon achilles terlalu tegang atau stres yang menyebabkan tendon meradang, membengkak, dan iritasi. Kondisi ini dapat terjadi pada siapa saja yang memberikan banyak tekanan pada kaki, misalnya pelari, pemain basket, dan olahragawan lainnya. Cedera ini bisa terjadi secara akut atau kronik (Annisyah, 2022)

Tanda dan Gejala Strain Tendon Achilles

 Gejala strain tendon achilles akut : 

  1. Kaki menjadi lemah
  2. Pembengkakan di area tendon achilles
  3. Nyeri di sekitar tumit, terutama ketika meregangkan tumit atau berjinjit 

Gejala strain tendon achilles kronis :

  1. Nyeri ringan di atas tumit, biasanya muncul setelah berolahraga atau beraktivitas
  2. Kaki terasa kaku, biasanya muncul di pagi hari dan membaik setelah beraktivitas
  3. Kaki terasa sakit saat menaiki tangga atau berjalan menanjak 
Etiologi Strain Tendon Achilles 

Ada beberapa faktor yang dianggap menjadi penyebab strain tendon achilles yaitu : 

  1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes
  2. Obatan-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotic fluroquinolone seperti ciprofloxacin atau levofloxacin yang dapat meningkatkan risiko pecahnya pada tendon
  3. Cedera dalam olahraga, seperti melompat dan berputar pada olahraga badminton, tenis, basket dan sepak bola
  4. Trauma benda tajam atau tumpul pada betis
  5. Obesitas
  6. Meningkatnya aktivitas (jarak, kecepatan, tinggi/curam tanjakan)
  7. Berkurangnya waktu relaksasi di antara sesi
  8. Perubahan permukaan
  9. Perubahan/pergantian alas kaki (alas kaki bertumit rendah/tinggi)
  10. Kondisi alas kaki yang buruk (ukuran tumit yang tidak sesuai, dan pelebaran sisi sepatu)
  11. Berkurangnya fleksibilitas kaki
  12. Posisi badan tengkurap saat berolahraga seperti plank, push up dan mountain climber (meningkatnya beban pada kompleks gastrocnemius/soleus untuk  kaki dan jemari kaki dengan bebas)
  13. Fleksibilitas otot yang rendah (gastrocnemius yang rapat)
  14. Berkurangnya ruang gerak sendi (dorsifleksi yang terbatas)
Keparahan gejala dan tingkat cedera umumnya dinilai berdasarkan sistem empat tingkat : 
  1. Grade 1: nyeri muncul di akhir latihan tetapi minimal
  2. Grade 2: rasa sakit muncul selama latihan tetapi tidak mempengaruhi kinerja
  3. Grade 3: rasa sakit selama latihan mempengaruhi kinerja menghilang saat latihan berakhir
  4. Grade 4: Nyeri tidak memungkinkan untuk berpartisipasi dalam olahraga dan hadir selama aktivitas hidup sehari-hari (Duubin, Joshua, 2018) 
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan yaitu : 
  1. Pengamatan – tengkurap

Amati pembengkakan, penebalan pada tendon otot betis melemah (mengecil)

  1. Palpasi (pijatan)– tengkurap

Pijat tendon dan para tendon selama pergerakan tendon untuk menentukan bagian mana yang tergabung. Pijat bagian gastrocnemius, soleus (telapak kaki) dan bursa retrocalcaneal

  1. Gerakan pasif – plantarfleksi

Biasanya menyakitkan jika ada kelainan pada bagian belakang tendon (posterior impingement) dan tambahan penekanan dapat dilakukan

  1. Gerakan pasif – peregangan otot (gastrocnemius)

Dilakukan dengan berdiri dan memanfaatkan berat badan sebagai tekanan. Lutut diregangkan dan tumit tetap diatas permukaan tanah. Kaki tetap di posisi netral dengan tempurung lutut sejajar dengan tulang telapak kaki. Bandingkan peregangan pada kedua sisi.

  1. Gerakan pasif – peregangan otot (soleus)

Dilakukan dengan cara pasien berdiri, tegak dengan lutut dilenturkan. Pastikan kaki dalam posisi normal.

  1. Pengujian secara fungsional

Dapat digunakan untuk menimbulkan rasa sakit kembali jika memang dibutuhkan. Pengujian meliputi mengangkat lutut secara bersamaan ataupun sendiri-sendiri, melompat, menjatuhkan tumit secara tiba-tiba dan menerjang. 

Pemeriksaan Penunjang lainnya yaitu : 

Menjalani pemeriksaan USG atau MRI sehingga pemindaian ini akan membantu fisioterapis untuk memastikan tingkat keparahan strain tendon achilles (Pradnya, 2021) 

Tes khusus yang dapat digunakan untuk mengetahui putusnya tendon achilles

Squeezed test Simmonds atau Thompson

Tes dilakukan dengan meremas bagian tengah otot betis. Hasil tes positif jika tidak terjadi plantar fleksi pada kaki. Dengan pasien tengkurap di atas meja dan pergelangan kaki menjuntai dari meja, pemeriksa meremas bagian bagian betis. Triad Simmonds yaitu gangguan sudut deklinasi mengacu pada hilangnya ketegangan pada tendon achilles yang ruptur, yang menyebabkan pergelangan kaki dan kaki yang cedera lebih dorsiflexi, palpasi celah dapat dilihat dengan meraba tendon di sepanjang panjangnya tendon achilles, dan pemeriksaan dengan lembut meremas otot betis pasien, ini akan merusak otot soleus, menyebabkan tendon gastrocnemius-soleus di atasnya berbaring dari tibia, mengakibatkan fleksi plantar kaki jika tendon utuh.  

Tes O’Brien

Jarum hipodermik dimasukkan tepat di medial ke garis tengah dan 10 cm di proksimal dari insersi tendon. Ujung jarum harus berada tepat di dalam substansi tendon. Pergelangan kaki kemudian plantar dan dorsiflexing secara bergantian. Saat dorsiflexi, tendon achilles diregangkan dan jarum harus mengarah distal, jika tendon berada di distal maka jarum masih utuh.

Tes matles atau fleksi lutut

Saat berbaring tengkurap di atas meja, pasien diminta untuk secara aktif menekuk lutut hingga 90. Selama gerakan ini, jika kaki di sisi yang terkena jatuh ke dalam dorsofleksi.

Tes Copeland atau Sphygmomanometer

Pasien berbaring tengkurap dan manset sphygmomanometer dililitkan di tengah betis. Manset dipompa menjadi 100 mm merkuri dengan kaki masuk fleksi plantar. Kaki kemudian didorsifleksikan. Jika tekanan meningkat menjadi sekitar 140 mmHg, dianggap unit tendon, tetapi kembali bekerja mungkin sedikit lebih lama pada pasien yang dirawat secara medis.

Penatalaksanaan Fisioterapi

Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (physics, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi, dan komunikasi. Disini peran fisioterapi dalam kasus strain tendon achilles itu tergantung pada kondisi permasalahan yang di alami pasien yan diidentifikasikan dari hasil diagnosis, rencana, intervensi dan evaluasi. 

Penanganan pada kasus Strain Tendon Achilles Akut : 

Saat mengalami strain pada tendon achilles, terdapat sebuah tindakan awal yang efektif dan murah, serta dapat dilakukan sendiri secara sederhana di rumah.  Yaitu dengan menerapkan metode RICE. RICE merupakan singkatan dari Rest, Ice, Compression dan Elevation. Metode pengobatan ini biasanya dilakukan untuk cedera akut.  Metode terapi RICE ini dilakukan secepat mungkin sesaat setelah terjadinya cedera sampai dengan ±48 jam setelah cedera terjadi. Metode RICE dapat membantu penyembuhan jaringan setelah mengalami cedera dan mencegah cedera lebih lanjut.

  1. Rest artinya mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera, sedangkan bagian tubuh yang tidak cedera boleh tetap melakukan aktivitas. Tujuan mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera adalah untuk mencegah cedera lebih lanjut dan membantu proses penyembuhan lebih optimal.
  2. Ice artinya memberikan efek dingin untuk membantu menurunkan suhu di sekitar jaringan yang mengalami cedera. Secara umum, tujuan pemberian es pada jaringan yang cedera adalah mengatasi pembengkakan dengan membuat penyempitan pembuluh darah, mengurangi nyeri, melalui efek sedative deingin dan selanjutnya mengurangi spasme otot. Pemberian es sesegera mungkin setelah cedera selama 15 – 20 menit secara berkala.
  3. Compression adalah pemberian penekanan kepada jaringan yang mengalami cedera. Penakanan dilakukan bersama-sama dengan pemberian metode ice (kompres dingin). Tujuan utama pemberian penekanan pada jaringan dikombinasi dengan efek dingin ini adalah untuk mengatasi pembengkakan berkelanjutan, dan pada kasus pendarahan dapat mengurangi atau menghentikan perdarahan. Metode penekanan ini dilakukan dengan melilitkan elastic verban pada bagian cedera. Perlu diperhatikan saat melakukan penekanan atau pembebatan ini, jangan terlalu ketat karena dapat menyebabkan gangguan sirkulasi dengan gejala-gejala seperti rasa baal, kesemutan, dan meningkatnya nyeri.
  4. Elevasi adalah meninggikan bagian yang mengalami cedera melebihi ketinggian jantung sehingga dapat membantu mendorong cairan keluar dari daerah pembengkakan. Pada tindakan elevasi, sebisa mungkin harus mengangkat bagian tinggi di atas jantung. Pada sat ini mengalami sprain pada tendon ahilles, pasien dalam posisi tidur kemudian pergelangan kaki diangkat atau ditopang dengan alat lebih tinggi dari jantung. Bagian yang mengalami cedera diangkat sehingga berada 15 – 25 cm di atas ketinggian jantung. Elevasi sebaiknya dilakukan hingga pembengkakan menghilang. (Utomo, Dwikoro Novembri, 2018) 
Penanganan Strain pada Tendon Achilles Kronis : 

Ultrasound (US)

Modalitas fisioterapi yang digunakan berupa Ultrasound. Ultrasound merupakan modalitas yang menggunakan teknik berupa gelombang suara dengan getaran berupa getaran mekanis yang membentuk suatu gelombang kompresi dan mengalir melalui sebuah medium tertentu dengan frekuensi yang berbeda atau bervariasi. Adanya efek penurunan nyeri yang dihasilkan oleh ultrasound dengan meningkatkan ambang rangsang selama aktivasi ujung saraf sensorik yang bermielin tebal melalui efek thermal. Efek panas tersebut menyebabkan adanya vasodilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan pembuluh darah menjadi lancar. Hal ini dapat menyebabkan zat-zat nyeri yang tertimbun dalam darah dapat larut sehingga nyeri dapat berkurang.

Frekuensi yang digunakan dalam terapi biasanya antara 1,0 MHz dan 3,0 MHz (1MHz = 1.000.000 siklus per detik). Peralatan yang digunakan terapi adalah transducer yang terletak pada aplikator dan generator penghasil frekuensi gelombang tinggi. Transducer memiliki potensi untuk memproduksi arus listrik saat digunakan penekanan. Batas antara lesi superfisial dan lesi dalam berkisar di sekitar kedalaman 2-3cm.

Prosedur terapi ultrasound (US) pada kasus strain tendon achilles

Penggunaan Ultrasound (US) dilakukan dengan memberikan gel di atas kulit yang akan diterapi ataupun obat-obatan topikal tertentu dicampur dengan gel ultrasound, kemudian mulai melakukan terapi dengan gerakan probe melingkar atau maju mundur pada area tendon achilles atau area yang mengalami peradangan. FITT merupakan dosis terapi US yaitu Frekuensi, Intensitas, Time dan Type. Dengan Frekuensi 2 kali seminggu, Intensitas 1 Mhz, Time 4 menit, Type intermitten (Aproval, 2010)

Program terapi latihan yang dapat dilakukan dirumah :

  1. Mulailah gerakan lembut pada pergelangan kaki, seperti menggunakan sepeda statis, pada hari ke 7 setelah cedera.  Tambahkan peregangan tali tumit pada hari ke-14 setelah cedera.  Sebelum melakukan peregangan, hangatkan jaringan dengan mengoleskan panas lembab atau mengendarai sepeda statis selama 10 menit.  Untuk mencegah peradangan, tempelkan sekantong es serut atau kacang polong beku ke tumit selama 20 menit setelah berolahraga.  Anda seharusnya tidak mengalami rasa sakit dengan latihan.  Jika Anda tidak dapat melakukan latihan karena nyeri atau kaku atau jika gejala Anda tidak membaik dalam 3 sampai 4 minggu, hubungi dokter anda.
  2. Peregangan tali-tali tumit, berdirilah menghadap dinding dengan lutut anggota tubuh yang tidak sakit ditekuk untuk menopang, anggota tubuh yang sakit lurus, dan jari-jari kaki sedikit mengarah ke dalam.  Menjaga tumit kedua kaki.  rata di lantai, turunkan pinggul ke arah dinding.  Tahan peregangan selama 30 detik dan kemudian rileks selama 30 detik.  Ulangi 4 kali.  Lakukan latihan ini 2 atau 3 kali sehari, 6 atau 7 hari seminggu

  Edukasi Fisioterapi kepada pasien yang mengalami strain tendon achilles :

 Untuk mencegah keparahan strain pada tendon achilles, pasien perlu  mengistirahatkan tendon achilles, terapi fisioterapi seperti mendapatkan modalitas Extracorporeal Shock Wave Therapy (ESWT) dan Ultrasound (US), terapi latihan, adaptasi alas kaki, peregangan dan pemanasan, dan yang paling penting untuk tetap berolahraga  sehingga Range Of Motion (ROM) pasien terjaga.

DAFTAR  PUSTAKA
  1. Priyonoadi, Bambang. (2021). Perawatan Cedera Pada Tendon Achilles http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131453189/Cedera%20Achilles&Prawatannya.pdf
  2. Nuraini, Yuvita Novi. (2018). Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Tendinitis Achilles Dextra dengan Aplikasi Ultrasound.http://eprints.ums.ac.id/63160/10/Naskah%20Publikasi%20r.pdf
  3. Utomo, Dwikoro Novembri. (2018). Cedera Tendon Achilles: Evaluasi, Diagnosis,   dan Tatalaksana Komprehensif.https://repository.unair.ac.id/89997/1/1.%20Buku%20Cedera%20Tendo   %20Achilles_2018_compressed.pdf
  4. Skeletal Radiology. (2010). Ultrasound-Guided Treatments  for Chonic Achilles    Tendinopathy: An Updatee and Curret Status.https://www.researchgate.net/publication/41192822_Ultrasoundguided_t eatments_for_chronic_Achilles_tendinopathy_An_update_and_current_satus
  5. Muhhamad, Iman Fadli. (2021). Journal of Health and Therapy, Volume 1 No. 2,      2021, 26-33. http://journal.mrcrizquna.com/index.php/jht/
  6. Duubin, Joshua (2018). Achilles Tendon Injuries,http://dubinchiro.com/papers/Dubin-Achilles_3.pdf
  7. Walkley, D. (2019). High-Vollume Peritendinous Injections in the Management of     Achilles Tendinnopathy. Ultrasound in Medicine & biology, 45, pp.s7.Medicine, Seasons Family. (2005). Home Exercise Program for Achilles  Tendon Rupture. Of American Academy Orthopaedi Surgeons
  8. Eez, Uh Kill. (2022). Achilles Tendon Rupture.https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/achilles-tendon rupture/symptoms-causes/syc-20353234
  9. Ayu, Gauri Septina. (2017).  Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.A Dengan Post      Operasi Ruptur Tendon Digiti  IV-V Pedis Sinistra Di Ruang Rawat Inap  Bedah Wanita RSUD Dr.Achmad Mochtar. http://repo.stikesperintis.ac.id/592/1/07%20GAURI%20SEPTINA%20A       U.docx