UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
INTELLIGENCE TO BE ADVANCE
Alamat : Jl. Seroja, Gang Jeruk, Kelurahan Tonja Denpasar Utara, Bali 80239
Telp : (0361) 4747770 | 081238978886 | 085924124866
Email : iik.medali[at]gmail.com
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
INTELLIGENCE TO BE ADVANCE
ADANYA RASA TERKUNCI DI LUTUT SAAT OLAHRAGA? WASPADAI ITU TANDA DARI MENISCUS TEAR
  16 April 2025 - Dibaca 12 kali
  Oleh Administrator
Definisi Meniscus Tear

Meniscus tear adalah robekan pada bantalan atau jaringan tulang rawan pada persendian lutut yang disebabkan karena traumatic maupun degeneratif (Bernstein, 2010). Meniscus tear dapat mengakibatkan berbagai gangguan (nyeri, sendi terkunci, dan juga terjadi pengikisan) dan dapat menyebabkan degenerasi lebih awal panda sendi lutut.

Meniskus merupakan bantalan fibrokartilago yang melekat pada sisi dalam dan sisi luar pada tibia plateu. Meniskus ini menutupi 50% dari tibial plateu. Meniskus merupakan jaringan tulang rawan yang berada di sendi lutut yang berfungsi sebagai bantalan dan stabilisasi persendian lutut Cedera Meniskus dapat terjadi akibat gerakan memutar pada lutut saat kaki dibengkokkan.

Cedera Meniskus dapat menyebabkan rasa sakit dan atau pembengkakan pada sendi lutut. Sendi lutut akan terasa nyeri apabila tidak digunakan. Pada kasus meniskus, permasalahan yang sering terjadi pada kasus ini seperti nyeri, keterbatasan lingkup gerak sendi, kelemahan otot dan juga penurunan kemampuan aktivitas fungsional serta penurunan fisiologis pada lutut seperti berjalan, naik turun tangga, berlari, melompat dan juga berolahraga. 

Etiologi Meniscus Tear 

Meniscus tear atau robekan meniskus adalah cedera pada struktur kartilago berbentuk sabit yang terletak di antara tulang femur (paha) dan tibia (betis) di sendi lutut. Meniskus berfungsi untuk meredam benturan dan mendistribusikan beban pada sendi lutut. Robekan pada meniskus dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik akibat trauma maupun degenerasi.

Secara umum, robekan meniskus dapat terjadi akibat trauma langsung, seperti pada aktivitas yang melibatkan putaran mendadak atau pembebanan berat pada lutut. Ini sering kali terjadi pada atlet yang terlibat dalam olahraga dengan gerakan tiba-tiba seperti sepak bola, basket, atau ski. Misalnya, ketika seorang pemain memutar tubuh dengan cepat atau berputar pada kaki yang terstabil, meniskus bisa robek akibat gesekan atau tekanan yang berlebihan.

Selain trauma akut, robekan meniskus juga dapat terjadi sebagai bagian dari proses degeneratif seiring bertambahnya usia. Seiring bertambahnya usia, jaringan meniskus menjadi lebih rapuh dan kurang elastis, sehingga lebih rentan terhadap robekan meskipun tidak ada trauma besar yang terjadi. Pada individu yang lebih tua, robekan meniskus bisa terjadi hanya dengan gerakan yang relatif ringan, seperti berputar atau bahkan hanya duduk terlalu lama dalam posisi tertentu.

Faktor risiko lain yang berkontribusi terhadap terjadinya robekan meniskus meliputi obesitas, yang meningkatkan tekanan pada sendi lutut, serta ketidakseimbangan otot atau kelemahan otot sekitar lutut yang dapat menyebabkan ketegangan atau beban yang tidak merata pada meniskus. Pada beberapa kasus, robekan meniskus juga dapat disebabkan oleh kondisi medis tertentu seperti osteoartritis, yang dapat mengubah struktur dan fungsi sendi lutut secara keseluruhan. (Doan, 2022).

Robekan meniskus terisolasi terjadi karena gaya rotasi atau geser yang ditempatkan di sendi tibiofemoral, terutama ketika beban aksial yang meningkat ditempatkan melalui meniskus. Skenario tersebut mencakup posisi dengan derajat fleksi rantai kinetik tertutup yang meningkat (berlutut, jongkok), mengangkat/membawa beban berat, dan aktivitas yang memerlukan akselerasi/deselerasi cepat, perubahan arah, dan melompat.  Dampak traumatis pada lutut juga dapat mengakibatkan robekan meniskus terisolasi atau robekan yang terjadi bersamaan dengan lesi tulang atau kerusakan pada ligamen penstabil primer lutut, seperti Anterior Cruciatum Ligament (ACL) dan Medial Cruciatum Ligament (MCL). Kekuatan yang relatif lebih sedikit diperlukan untuk membuat robekan pada mereka yang mengalami perubahan degeneratif meniskus, biasanya terlihat pada orang dewasa di atas usia 40 tahun, sering kali disertai osteoartritis(OA). (Wilson, 2018).

Tanda dan Gejala Meniscus Tear

Meniscus tear dapat menimbulkan berbagai tanda dan gejala yang bervariasi, tergantung pada lokasi dan tingkat keparahan robekan. Salah satu gejala yang paling umum adalah rasa nyeri pada bagian dalam atau luar lutut, yang biasanya dirasakan setelah melakukan aktivitas fisik atau setelah trauma langsung. Nyeri ini bisa berlangsung dalam waktu yang lama jika tidak ditangani dengan baik.

Selain rasa nyeri, salah satu gejala khas dari robekan meniskus adalah adanya pembengkakan pada sendi lutut, yang muncul beberapa jam hingga beberapa hari setelah cedera. Pembengkakan ini terjadi karena peradangan dan akumulasi cairan di dalam sendi akibat cedera pada meniskus. Selain itu, penderita sering merasakan kekakuan pada lutut, terutama saat beraktivitas atau setelah beristirahat dalam waktu lama.

Gejala lain yang sering dialami adalah sensasi ketidakstabilan atau "terasa goyang" pada lutut. Hal ini biasanya terjadi jika robekan meniskus mengganggu mekanisme pergerakan normal sendi lutut. Penderita mungkin juga mengalami kesulitan saat membengkokkan atau meluruskan lutut sepenuhnya. Pada beberapa kasus, robekan meniskus yang lebih berat bisa menyebabkan bunyi “klik” atau “patah” saat lutut bergerak, yang disebabkan oleh bagian meniskus yang bergerak tidak normal di dalam sendi.

Gejala lain yang mungkin muncul termasuk rasa kaku atau terbatasnya rentang gerak, serta rasa sakit yang semakin parah dengan gerakan tertentu, terutama saat berputar atau melangkah di permukaan yang tidak rata. Jika robekan meniskus disertai dengan cedera ligamen atau struktur lainnya di sekitar lutut, gejala seperti instabilitas lutut dan rasa nyeri yang lebih intens dapat lebih mencolok.

Karena gejala-gejala ini sering tumpang tindih dengan kondisi lutut lainnya, penting bagi seseorang yang mengalami tanda-tanda tersebut untuk mendapatkan pemeriksaan medis untuk diagnosis yang tepat dan penanganan yang sesuai. (Enkhmaa, 2022).

Pemeriksaan Spesifik Fisioterapi 

Terjadinya cedera meniscus karena trauma biasanya berhubungan dengan gerakan twisted, cutting, hiperekstensi atau adanya kekuatan yang besar. Fisioterapis  akan memeriksa rentang gerak lutut, kekuatan otot sekitar lutut, serta stabilitas sendi. Pemeriksaan ini penting untuk menentukan apakah ada kelemahan otot yang mempengaruhi fungsi lutut atau adanya ketegangan pada struktur jaringan lunak yang mendukung lutut (Khairunnisa, 2022).

Pemeriksaan spesifik fisioterapi untuk meniskus robek bertujuan untuk menilai fungsi dan integritas sendi lutut serta menentukan sejauh mana cedera mempengaruhi gerakan dan kestabilan lutut. Pemeriksaan ini dilakukan melalui serangkaian tes fisik yang dapat mengidentifikasi adanya robekan meniskus dan mengesampingkan kemungkinan cedera lainnya pada sendi lutut.

Salah satu tes yang umum digunakan yaitu :

  1. McMurray Test
 
 

 

Tes ini dilakukan dengan posisi pasien berbaring telentang, lalu fisioterapis melakukan perputaran dan fleksi pada lutut sambil menekan area sendi lutut. Jika terdapat rasa nyeri atau klik pada saat perputaran tersebut, tes ini dapat menunjukkan adanya robekan pada meniskus, meskipun hasil tes ini tidak selalu 100% akurat. 

2. Apley Compression Test

Pada tes ini, pasien berbaring telungkup dengan lutut ditekuk 90 derajat, dan fisioterapis memberikan tekanan pada kaki pasien, kemudian melakukan perputaran. Rasa nyeri atau ketidaknyamanan yang timbul saat kompresi bisa menunjukkan cedera pada meniskus. Tes ini berfungsi untuk menilai adanya kerusakan pada meniskus dan peranannya dalam menahan beban serta pergerakan sendi lutut.

3. Thessaly Test

Tes Thessaly merupakan reproduksi dinamis dari beban sendi di lutut dan teori di balik tes ini adalah bahwa lutut yang mengalami robekan meniskus akan menghasilkan gejala  ketidaknyamanan pada garis sendi medial atau lateral dan mungkin merasakan sensasi terkunci atau tersangkut. Cara melakukan tes ini yaitu pasien berdiri dengan satu kaki datar sementara terapis akan menopang pasien dengan memegang tangan mereka yang terentang. Pasien kemudian melenturkan lutut hingga 5° dan memutar tulang paha pada tibia secara medial dan lateral tiga kali, sambil mempertahankan fleksi 5°. Kaki yang tidak cedera diuji terlebih dahulu sehingga pasien dapat dilatih mengenai cara menjaga lutut dalam posisi tertekuk. Tes kemudian diulang pada fleksi 20°. Tesi ini dianggap positif untuk robekan meniskus jika pasien mengalami ketidaknyamanan garis sendi medial atau lateral atau rasa terkunci/tersangkut di lutut.

Penatalaksanaan Fisioterapi

1. Ankle Pumping Exercise

 

  1. Posisi Pasien Pasien duduk di matras sambil bersandar ke dinding.
  2.  Posisi Terapis Berada di dekat pasien.
  3. Pelaksanaan Pasangkan teraband pada kaki, instruksikan pasien untuk gerakan dorsifleksi, plantar fleksi, inversi, eversi kemudian teraband di tarik berlawanan dengan gerakan ankle melakukan 15x repitisi 2 set. 

2. Straight Leg Raises (SLR) Static

 

  1. Posisi Pasien Pasien duduk di matras sambil bersandar.
  2.  Posisi Terapis Berada di samping pasien. 
  3. Pelaksanaan Minta pasien untuk kencangkan telapak kaki kebadan lalu angkat kaki sekitar 30° dan tahan selama 10 detik lakukan sebanyak 10x 2 set. 

3. Straight Leg Raises (SLR) Dinamic 

  1. Posisi Pasien Pasien duduk di matras sambil bersandar. 
  2.  Posisi Terapis Disamping pasien dan menyiapkan alat cone 2 buah. 
  3. Pelaksanaan Minta pasien untuk kencangkan ankle ke arah badan dan angkat kaki sekitar 30° dan minta pasien untuk menggerakkan kakinya melewati cone bolak - balik sebanyak 5x 2 set.

4. Bridging exercise 

  1. Posisi Pasien Pasien tidur terlentang dengan kedua kaki menumpu pada bola bobath. 
  2.  Posisi terapis Di samping pasien dan berikan bola bobath menempel di tembok.
  3. Pelaksanaan Minta pasien untuk mengangkat pinggulnya dan ditahan selama 10 detik dan rest 5 detik ulangi sebanyak 10x repitisi 2set.

5. Prone hang exercise

 

  1. Pasien tidur tengkurap di matras. 
  2.  Posisi Terapis Disamping pasien dan siapkan bola. 
  3. Pelaksanaan Intruksikan pasien menjepit bola di antara kedua kaki lalu minta untuk mengangkat kedua kaki setinggi kurang lebih 30° secara bersama sama dan tahan selama 60 detik dan ulangi sebanyak 5x repitisi. (ARYA, 2023)

6. Terapi es atau Cryotherapy

 

Terapi ini bertujuan untuk mengurangi pembengkakan dan peradangan di sekitar sendi lutut. Pemberian es pada area lutut yang cedera dapat membantu mengurangi rasa sakit dan mengontrol akumulasi cairan, yang umumnya terjadi setelah cedera. Pemberian es biasanya dilakukan dalam interval 15-20 menit, beberapa kali dalam sehari, terutama pada 48 jam pertama setelah cedera.

7. Ultrasound Therapy

Ultrasound bekerja dengan gelombang suara frekuensi tinggi yang dapat menembus jaringan dalam dan merangsang penyembuhan jaringan lunak, meningkatkan sirkulasi darah, dan mengurangi rasa sakit. Teknik ini sangat berguna dalam fase pemulihan untuk meredakan peradangan, mempercepat penyembuhan jaringan meniskus yang robek, dan memperbaiki elastisitas jaringan sekitar lutut. (Arovah, 216)

8. Latihan Rentang Gerak (Range of Motion)

Tujuan: Meningkatkan fleksibilitas dan mengurangi kekakuan pada sendi lutut setelah cedera.

Tata cara pelaksanaan: Latihan ini dapat dimulai dengan gerakan pasif atau aktif. Pasien diminta untuk meluruskan dan menekuk lutut secara perlahan dalam jangkauan yang nyaman, tanpa memaksakan gerakan. Awali dengan posisi duduk atau berbaring dengan kaki lurus, kemudian perlahan tekuk lutut hingga titik yang dapat dicapai tanpa rasa sakit.

Dosis: Lakukan latihan ini 3-4 kali sehari, dengan 10-15 repetisi per sesi. Setiap repetisi dilakukan perlahan selama 5-10 detik.

9. Quadriceps strengthening exercise

Tujuan: Menguatkan otot quadriceps (otot paha depan) yang penting untuk stabilitas lutut.

Tata cara pelaksanaan: Pasien berbaring dengan kaki lurus dan menekan lutut ke bawah dengan otot quadriceps, seolah-olah menekan pelan ke permukaan. Tahan kontraksi selama 5-10 detik, lalu rileks.

Dosis: Lakukan 10-15 repetisi per set, 2-3 set setiap sesi. Latihan ini dapat dilakukan 3 kali sehari. Seiring dengan pemulihan, tambahkan intensitas dan repetisi.

10. Latihan Propriosepsi dan Keseimbangan

Tujuan: Meningkatkan kesadaran tubuh dan keseimbangan untuk memperbaiki stabilitas sendi lutut.

Tata cara pelaksanaan: Latihan seperti berdiri dengan satu kaki atau menggunakan alat keseimbangan seperti balance board atau Bosu ball dapat membantu meningkatkan propriosepsi. Berdirilah dengan satu kaki selama 20-30 detik, kemudian bergantian dengan kaki lainnya.

Dosis: Lakukan latihan ini 2-3 kali sehari dengan durasi 2-3 menit per kaki, sebanyak 2-3 set. Tingkatkan durasi dan kesulitan seiring berjalannya waktu.

11. Latihan Fungsional (Kardio dan Koordinasi)

Tujuan: Memulihkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan olahraga ringan.

Tata cara pelaksanaan: Setelah mencapai pemulihan awal, latihan berjalan atau berlari ringan pada permukaan yang rata dapat mulai dilakukan. Meningkatkan daya tahan dengan latihan kardio ringan seperti bersepeda statis juga bermanfaat untuk menstabilkan lutut.

Dosis: Awali dengan 5-10 menit latihan kardio ringan 3-4 kali seminggu, dan tingkatkan durasi serta intensitas sesuai toleransi dan kemampuan lutut. (Maralisa, 2021).

Edukasi Fisioterapi

Edukasi fisioterapi pada meniskus robek sangat penting untuk membantu pasien memahami kondisi mereka, mengelola gejala, serta mempercepat proses pemulihan.

Bagi pasien yang mengalami gejala meniscus tear disarankan untuk melakukan latihan-latihan yang telah disarankan oleh fisioterapis di rumah yang dilakukan secara bertahap agar pasien dapat melakukan aktivitas olahraga seperti semula. Hindari gerakan tiba-tiba yang dapat menyebabkan cedera kembali. Pastikan selalu Menggunakan alas kaki yang tepat saat berolahraga. 

Daftar Pustaka

Brukner Peter & Kahn Karim (2011) Clinical Sports Medicine (3rd edition) Australia:McGraw Hill

Sri, PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA MENISKUS KNEE DEKSTRA DENGAN MODALITAS ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN, JURNAL KESEHATAN TAMBUSAI, Volume 2, Nomor 4, Desember 2021.

Wilson PL, Wyatt CW, Romero J, Sabatino MJ, Ellis HB. Insiden, Presentasi, dan Perawatan Cedera Akar Meniskus pada Anak-anak dan Remaja.  2018 Nov;  (11):2325967118803888

Meniscus Tear: Pathology, Incidence, and Management, 2022 Luvsannyam et al. Cureus 14(5).

Maralisa, A. D. & Lesmana, S. I. (2021). Penatalaksanaan Fisioterapi Rekontruksi ACL Knee Dextra Hamstring Graft. Indonesian Journal of Physiotherapy Research and Education, 1(1), 4–17.

Khairunnisa, PROGRAM FISIOTERAPI UNTUK KASUS MENISCUS LATERAL TEAR PADA ATLET BASKET NON OPERATIVE: STUDI KASUS, Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper KESMAS UMS Surakarta, 4 Juni 2022.

ARYA, PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST OP MENISCUS TEAR SINISTRA FASE SATU DENGAN REHABILITASI TERAPI LATIHAN SPORT INJURY, UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG MEI, 2023.

Arovah, N, I. (2016). Dasar-Dasar Fisioterapi pada Cedera Olahraga, Yogyakarta: FIK UNY.

Maralisa, A. D. & Lesmana, S. I. (2021). Penatalaksanaan Fisioterapi Rekontruksi ACL Knee Dextra Hamstring Graft. Indonesian Journal of Physiotherapy Research and Education, 1(1), 4–17.

Shofiana, Edukasi Fisioterapi Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pengrajin Anyam Bambu di Desa Winong Trenggalek, Jurnal Hasil Kegiatan Sosialisasi Pengabdian kepada Masyarakat Volume. 2, No. 4, Oktober 2024, Hal. 149-156.

Amalia, R., Perdana, D. A., Dom, M., Hurai, Y. S., & Fahri, M. (2021). Peran fisioterapi ergonomi dalam kesehatan dan keselamatan kerja dibawakan dalam live talk show radio Itkes Wiyata Husada Samarinda. Jurnal Abdimas Medika, 2(2), 1–5.